Hole in the Wall acara di televisi yang membutuhkan reaksi cepat dan kreativitas para pemainnya. Menghibur dan lucu, meskipun tiruan.
Jawa, ini nama orang, bertubuh tambun. Nelly Anne bertubuh kecil dan mungil. Mereka berdua harus melewati lubang berbentuk aneh-aneh pada tembok yang akan muncul dan menghampiri mereka dalam 10 detik. Kedua pemain tentu saja tak tahu seperti apa bentuk lubang tersebut. Jawa dan Nelly harus bereaksi cepat dan tepat agar bisa meloloskan diri dari lubang. Jika tidak, si pemain akan tersangkut tembok, terseret, dan masuk ke kolam berisi air. Kalah dan basah pula.
“Hadapi tembok Anda,” demikian kata pembawa acara Pandji Pragiwaksono memberikan aba-aba. Lalu muncullah tembok dengan dua lubang panjang, meliuk-liuk dan miring ke kiri, bergerak cepat menghampiri Jawa dan Nelly. Kedua pemain bergoyang-goyang mengatur bentuk badan agar bisa lolos. Bluss…! Siapa yang basah kecebur? Bukan Jawa yang gendut seperti perkiraan banyak orang yang hadir di studio 1 RCTI dua pekan lalu, melainkan si imut Nelly. Kakinya terseret tembok dan kecebur ke dalam kolam berisi air.
Begitulah model acara Hole in the Wall yang ditayangkan RCTI. Permainan ini dilakukan oleh dua regu, masing-masing terdiri atas tiga orang, yang ditantang meloloskan diri dari lubang--dengan bentuk tak terduga, kadang kacau-balau--di tembok yang berjalan menghampiri pemain. Tantangannya bertingkat, dari satu pemain, dua, lalu tiga. Untuk melipatgandakan nilai, ada tantangan doublespeed: tembok berjalan lebih cepat, dan megawall, dengan pemain ditutup matanya dan harus melewati lubang hanya berdasarkan petunjuk dua temannya. Baik yang menang maupun yang kalah mendapat hadiah sejumlah uang.
Permainan yang ditayangkan setiap sore mulai Senin hingga Jumat sejak tiga bulan lalu ini ternyata cukup menarik perhatian. Sebab, selain berbeda dengan acara game lain di televisi, Hole in the Wall ini lucu. Penonton terpingkal-pingkal melihat pemain mematut-matutkan bentuk badan demi bisa melewati lubang tembok yang bergerak menghampiri. Tak jarang pemain harus berpelukan, saling tindih, bahkan ada yang digendong. Adegan tertabrak tembok hingga kecebur kolam juga tak kalah konyolnya. Untuk itulah peserta harus siap tampil “gila”. “Saya tidak mau pemain tampil standar,” kata Pandji, yang juga sering memprovokasi pemain.
Seperti acara lain bila mulai naik daun, jam tayang Hole in the Wall pun ditambah. Sejak akhir Januari lalu, muncul edisi Mom. Pemainnya ibu-ibu. “Ternyata yang ibu-ibu lebih heboh,” kata Muhammad Razif Soekansah, produser acara ini.
Sayangnya--seperti sudah bisa ditebak--permainan ini bukan ide orisinal Indonesia. Hole in the Wall adalah permainan asli Jepang, negara asal permainan lucu, unik, dan kreatif, seperti Benteng Takeshi dan Masquerade. Namanya Haneru No Tobira atau Human Tetris Game. Selain diekspor ke Indonesia, permainan ini sudah diadaptasi di beberapa negara, termasuk Channel 9 Australia mulai Januari lalu. Di sini, hak tayang permainan ini dibeli dari Fremantle Media, perusahaan yang memiliki paten beberapa acara, seperti Indonesian Idol.
Bedanya, di sini ongkos produksinya lebih ditekan. Untuk sekali tayang Rp 60 juta. Di Jepang, temboknya lebih kukuh. Di Indonesia, tembok dibuat dari bahan gabus tebal, sehingga tak jarang tembok hancur atau patah setelah menabrak pemain. Yang berbeda juga, di sini ada segmen untuk ibu-ibu. “Di Jepang tidak ada,” ujar Razif. Tapi di Jepang ada segmen khusus bikini, yang sedap dipandang.
Ahmad Taufik dari Majalah Tempo edisi 11-17 Feb 2008
Pendidikan Nasib
8 tahun yang lalu
Tidak ada komentar:
Posting Komentar