Kamis, Juni 12, 2008

Kisah Keluarga Penderita Kanker

Seorang bapak, berusia sekitar 70 tahun, warga Blok A, Jakarta Selatan, mengontak ku lewat telepon kantor, minta ketemu. "Isteri saya sakit kanker yang perlu pengobatan,"katanya.
Sekitar dua jam kemudian tiba di kantor, hampir sejam lebih lambat dari janji semula. "Saya terhalang macet, akibat ulah FPI di Jalan Sudirman,"ujarnya. Sebenarnya, kemacetan itu, karena peserta aksi unjuk rasa pembubaran ahmadiyah, yang didominasi orang-orang berjubah, berencana memnjenguk pimpinan FPI, Riziq Shihab di tahanan narkoba Polda Metrojaya.
Rambut putih di kepala dengan kaca mata, masih tampak bersemangat. Walaupun nafasnya terengah-engah saat naik satu lantai. Bapak itu dan keluarganya memang sudah sejak sebulan belakangan ini intensif menghubungiku setelah membaca artikel yang dimuat di Majalah Tempo "Menggempur Kanker Lewat Dubur." Dimuatnya artikel ini memang banyak permintaan pembaca untuk bisa bertemu atau mengontak dokter dimaksud, Yanto Lunardi Iskandar. tapi Bapak yang satu ini yang paling gigih.
Dia sudah dua kali menghubungi dokter di rumah sakit sumber waras, walaupun tak diterima dengan baik. Ia bahkan bertemu pasien di rumahnya di Bandung. Sedangkan Lunardi, sampai kini belum ketahuan, karena ia hanya bisa di kontak lewat email, yang juga jarang dibalasnya. Profesor Lunardi memang tinggal di Paris, Perancis dan Maryland, Amerika Serikat.
Pak itu menceritakan kisah isterinya yang sakit kanker, karena ada mis informasi saat mengobati kanker payudara. "Saya sudah 49 tahun hidup bersama dia, saya tak bisa hidup tanpa dia, saya bersedia apapun mencari pengobatan untuk dia,"katanya sambil menitikan air mata di depanku.
Dia sudah frustasi, dan ia berharap Dokter Lunardi bisa menjadi salah satu jalan untuk pengobatan isterinya. "Saya minta anda menghubungi Dokter Lunardi dan mamu menjadikan istri saya sebagai pasiennya, walaupun sebagai percobaan,"ujarnya lagi.
Kabarnya, Profesor Lunardi akan datang pada Bulan Juni ini. Ada seminar di Bali dan acara di Jakarta atau Bandung. Mudah-mudahan harapan itu masih ada dan datang kepadanya.

13 Juni 2008