Senin, Agustus 10, 2009

Rendra, Domba dan Petai Cina

Bagi mantan aktivis mahasiswa Univeristas Islam Bandung, ingat WS Rendra ingat peringatan hari hak Asasi Manusia, 10 Desember, Rendra dan Yosrizal Manua, dua orang itu sering mengisi acara di ruang terbuka kampus di Jalan Taman Sari No.1 Bandung itu.

Harlan M.Fachra, mantan aktivis Forum Aktivis Mahasiswa Unisba (FAMU) lembaga pergerakan tak resmi di kampus itu, masih ingat pertama kali mengundang Rendra. Saat itu pada 1993, Rendra baru saja diperbolehkan tampil kembali oleh penguasa orde baru. Pertama kali muncul di Lapangan Kridosono Yogyakarta, para aktivis itu lalu meluncur ke Yogya melobi dan mengundang Rendra.

Rendra, oke saja, tak perlu dibayar dia hanya minta sepasang domba. “Jadi Rendra tampil kedua setelah lepas dari cekal, ya di Kampus Unisba,”kata Harlan, yang saat itu Ketua Pelaksana hari Hak Asasi Manusia FAMU.

Para aktivis itu bantingan untuk beli domba yang tidak murah Sejuta rupiah sepasang. Sedangkan untuk Yosrizal, bayarannya ayam, para mahsiswa itu mengambil belasan ayam dari kampung masing-masing di Priangan (Garut dan Tasikmalaya).

Seusai tampil membacakan puisi dan orasi, para aktivis mahasiswa Unisba, memberikan sepasang domba, yang diberi nama Sudomo dan Siska (saat itu, nama keduanya lagi ngetop) kepada Rendra. Para aktivis itu lalu mengantarkan sepasang domba ke Bengkel Teater di Citayam Depok. “Kami banfgga bisa mengundang orang besar seperti Rendra dan memberi semangat kepada kami, dengan imbalan hanya sepasang domba,”katanya.

Penerus Harlan di FAMU, Ade Jauhari punya kenangan yang hampir sama saat mengundang Rendra ke kampus Unisba. “Dia hanya minta domba dan pohon petai cina untuk ditanam di Citayam ini,”katanya. Ade datang dengan para aktivis mahasiswa dan seniman-seniman Bandung dari Gedung Indonesia Menggugat, semalam dan hadir mengantarkan Rendra ke liang lahat. “Rendra menginspirasi kami mencintai kemanusiaan dan alam,”ujar Ade. (A.T)