Seusai Lebaran, berbagai penyakit meningkat, termasuk stroke. Makanan dan kegiatan tak terkontrol menjadi penyebab utamanya.
**-
LEBARAN baru sepekan lewat. Tapi Tri Widodo, 45 tahun, harus masuk rumah sakit karena tifus. Dua bulan dia tak bisa bekerja, 21 hari terbaring di rumah sakit, selebihnya dirawat di rumah. “Kayaknya saya kelelahan. Selepas puasa, aktivitas saya langsung digenjot sepuas-puasnya, terutama olahraga kesukaan saya, bulu tangkis,” katanya. Sedangkan makanan yang masuk tak sesuai dengan tenaga yang dikeluarkan.
Itu cerita setahun lalu. Menjelang hari raya Idul Fitri ini, ada baiknya mengingat kisah itu. Sebab, menurut para dokter, banyak orang jatuh sakit setelah berlebaran--terutama seminggu sesudahnya. “Meningkat. Umumnya berhubungan dengan penyakit akibat tidak terkontrolnya makan,” kata dokter spesialis gastroenterohepatologi Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo, Jakarta, Ari Fahrial Syam.
Sudah tradisi, saat Lebaran segala macam makanan lezat, gurih, dan manis tersedia, baik di rumah maupun tempat yang dikunjungi untuk silaturahmi. Misalnya opor ayam, aneka kue kering dan basah, sirup, sampai minuman bersoda. Nah, jika tergoda mengkonsumsi secara berlebihan, dipastikan penyakit segera menghampiri.
Menurut Ari Fahrial yang juga Wakil Sekretaris Jenderal Perhimpunan Dokter Spesialis Penyakit Dalam Indonesia (PAPDI), ada tiga kelompok penyakit yang umumnya terjadi pasca-Ramadan dan Idul Fitri. Pertama, penyakit yang timbul pada saat mudik Lebaran, karena berpindah dari satu tempat ke tempat lain.
Dalam hal ini, penyakit yang banyak ditemukan adalah diare. “Karena pada saat mudik orang mengkonsumsi makanan mungkin tanpa memperhatikan kualitas dan kebersihannya,” kata Ari.
Lalu yang berhubungan dengan infeksi saluran pernapasan atas. Setelah puasa, orang masih lelah, kemudian datang Idul Fitri. “Nah, pada saat berlebaran, mereka kurang istirahat. Dalam keadaan tubuh tidak fit, orang mudah tertular penyakit dari orang lain,” tutur ahli biologi molekuler ini. Penyakit yang gampang menular antara lain flu, batuk, pilek, dan infeksi saluran pernapasan.
Kelompok kedua, penyakit yang muncul karena kambuh. Orang yang sudah memiliki penyakit biasanya bisa mengontrol makanan selama berpuasa. Namun, ketika Lebaran tiba, makanan kurang terkontrol dengan dalih “mumpung Lebaran”, misalnya. Penyakit yang biasanya kambuh antara lain kencing manis (diabetes), hipertensi, kolesterol tinggi, kegemukan (obesitas), dan asam urat. “Seminggu pertama setelah Lebaran, banyak pasien yang datang ke rumah sakit karena stroke,” kata lulusan Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia pada 1990 ini. Menurut Ari, sudah seperti kebiasaan, jumlah orang terkena stroke pasca-Lebaran meningkat.
Kolesterol tinggi memang ditengarai sebagai pemicu berbagai gangguan kesehatan seperti hipertensi, gangguan jantung, hingga stroke. Walau sebenarnya kolesterol merupakan unsur yang dibutuhkan tubuh, kadar yang berlebihan dapat menyebabkan berbagai penyakit. Kadar kolesterol orang sehat berada di bawah 200 mg/dL, dengan kadar kolesterol jahat (LDL) di bawah 130, dan kolesterol baik (HDL) di atas 40. “Penyebab hipertensi antara lain, makanan asin yang dikonsumsi berlebihan,” kata dokter Ari.
Sedangkan pada penderita kencing manis, ketika berpuasa, gula darahnya terkontrol. Namun, tatkala Lebaran tiba, begitu banyak variasi makanan manis. Jika kita tak dapat menahan diri, gula darah pun meningkat. Diabet kambuh. “Asam urat juga kambuh, akibat makan makanan berpurin tinggi seperti usus, ati, ampela, paru, dan otak,” ujar Ari.
Terakhir, kelompok penyakit yang terjadi akibat kurangnya memperhatikan kebersihan lingkungan. Karena tidak ada pembantu, rumah ditinggal mudik dalam keadaan kotor. Ada genangan air, makanan yang tercecer dimakan tikus, dan sampah yang banyak mengundang lalat. Padahal lalat membawa berbagai penyakit infeksi usus, dari diare sampai yang berat seperti demam tifoid. Tikus dapat menyebabkan demam kuning atau leptospirosis. Nyamuk Aedes aegypti bisa membawa virus DHF, penyebab demam berdarah.
Bagaimana cara mengatasinya? Ari menyarankan agar memperhatikan makanan dan minuman pada saat mudik. Dalam perjalanan, jangan mengkonsumsi makanan jika tak yakin atas kualitas dan kebersihannya. Kalaupun ingin membawa dari rumah, harus diperhatikan paling tidak makanan itu bisa tahan 6 hingga 8 jam setelah dibuat. Jangan sampai masakan yang sudah rusak atau basi dimakan.
Bagi orang yang berpenyakit kronis, Lebaran bukanlah kesempatan melepaskan kendali selepas-lepasnya. Justru kesehatan yang sudah diraih selama sebulan berpuasa wajib dipertahankan. “Jangan karena merasa sehat, lepas, selepas-lepasnya. Bahayanya di situ,” tutur Ari.
Selain itu, banyak juga orang yang berupaya melawan rasa lelah dengan minum vitamin C dosis tinggi. Menurut Ari, penggunaan suplemen juga harus diperhatikan efek sampingnya. Suplemen yang cocok untuk seseorang belum tentu cocok untuk orang lain. “Kalau memang merasa asupan makanan tak mencukupi, silakan saja minum suplemen, tetapi harus hati-hati,” ujarnya.
Sebenarnya, penyakit yang timbul akibat merayakan hari raya atau hari libur besar merupakan gejala umum di dunia. Misalnya, ketika Natal, thanksgiving, atau tahun baru, biasanya orang lebih membuka keran kontrol diri. Lebih berbahaya bila orang tidak hanya makan makanan berlemak, terlalu asin dan manis, serta dalam jumlah berlebihan, tapi juga menenggak minuman beralkohol. Ditambah lagi, tingkat depresi biasanya juga meningkat bila musim hari raya atau liburan tiba.
Penyakit yang timbul akibat itu semua antara lain dehidrasi--karena terlalu banyak mengkonsumsi zat amfetamin (ekstasi)--sakit kepala, mulut kering, sensitif cahaya lampu, mudah terangsang, dan ketagihan tidur (mengantuk). “Di mana pun berada, semuanya kembali berpulang pada apa yang dikonsumsi saat liburan atau hari raya,” kata Ari. Salah satu penghulu umat Islam, Imam Ali bin Abi Thalib, pun sudah memberikan nasihat, tak ada kesehatan bagi orang yang banyak makan.
Ahmad Taufik
Tips Sehat Berlebaran
- Tetap mempertahankan cara mengontrol makan seperti saat berpuasa Ramadan. Jangan lepas kendali.
- Istirahat cukup, karena perjalanan mudik atau berkeliling silaturahmi yang melelahkan, tubuh rawan tertular penyakit.
- Minum air putih cukup, 8-10 gelas sehari.
- Banyak mengkonsumsi buah dan sayur.
- Bagi yang punya penyakit kronis, perhatikan stok obat, berjaga-jaga bila di tempat mudik obat yang rutin dikonsumsi tak tersedia.
- Olahraga 30 menit setiap hari, lima hari dalam seminggu.
(dimuat Majalah Tempo yang terbit 25 September)-edisi dipercepat
Pendidikan Nasib
8 tahun yang lalu