Kematian model asal Mongolia melibatkan pejabat penting di Malaysia. Kenapa dia harus dibunuh?
Negeri jiran, Malaysia sejak akhir pekan awal November dihebohkan dengan ditemukannya serpihan-serpihan tubuh manusia di jurang kawasan Bukit Rajah, Puncak Alam, Shah Alam, luar Kota Kuala Lumpur. Di tengkorak kepala mayat itu bolong tanda bekas tembusan peluru. Namun, badan mayat itu tak lagi utuh.
Bukan cuma soal serpihan tubuh, tapi kaitannya dengan penggede, yang dekat dengan orang nomor dua di negeri pimpinan Perdana Menteri Abdullah Ahmad Badawi itu. Usut punya usut pemilik badan itu, Altantuya Shaariibuu, seorang peragawati asal Mongolia.
Anna, nama panggilan model itu terlihat oleh seorang saksi dipaksa masuk ke dalam sebuah mobil di depan rumah seorang analis politik Malaysia terkenal, Abdul Razak Baginda pada saat dia menghilang 19 Oktober lalu. Perempuan asal Mongolia berusia 28 tahun itu di dorong tiga polisi berseragam, salah seorang diantaranya polisi perempuan. Beruntungnya, beberapa saat sebelum diculik dia sempat mengirim pesan pendek kepada adik dan sepupunya melalui telepon genggam.
Anna, menurut kantor berita Malaysia Bernama datang bersama adik dan sepupunya ke Kuala Lumpur pada 6 Oktober menginap di sebuah hotel Petaling Jaya. Maksud kedatangannya akan menanyakan status hubungannya dengan Razak. Bahkan di ibukota Malaysia itu, Anna menyewa detektif pribadi untuk menguntit dan mencari informasi lebih jauh tentang Razak.
Analis politik berusia, 46 tahun, anggota the World Economic Forum dan Institute for Strategic Studies yang berpusat di London itu bertemu Anna di Hong Kong dua tahun yang silam, lalu keduanya saling menjalin hubungan “luar dalam”. Razak calon doktor dari Universitas Oxford, Inggris selama ini dikenal dekat dengan Menteri Pertahanan, Najib Razak dikabarkan membanjiri hadiah mewah kepada perempuan itu, termasuk 30 ribu US dolar di rekening pribadi Anna.
Namun, hubungan itu kandas. Dari jalinan asmara di luar nikah itu diperoleh anak lelaki berusia 16 bulan. Anna, bukan perempuan gampang ditipu. Model yang pernah berlatih di kota mode Paris, adalah seorang sarjana, guru dan penterjemah. Perempuan yang menguasai Bahasa Inggris, Rusia, dan Mandarin itu juga memiliki perusahan agen perjalanan. Karena itu, menurut konsul kehormatan Mongolia di Malaysia, Syed Abdul Rahman Alhabshi, Anna sering ke luar negeri untuk bisnis. Di kampung halamannya di Ulan Bator, Ibukota Mongolia, Anna punya rumah dan mobil sendiri. Ayah Anna, Shaariibuu Mash-Muj juga bukan orang sembarangan. Ia Kepala Pusat Informasi dan Pendidikan, Universitas Antara Bangsa Mongolia.
Anna ingin Abdul Razak bertanggungjawab dan kembali pada dirinya. Razak, menuduh Anna memerasnya 500 ribu US Dolar lalu melapor ke polisi pada 15 Oktober, karena merasa terganggu karena diikuti orang. Tetapi keluarga Anna, membantah tuduhan itu. Menurut ayahnya, Shaariibuu Mash-Muj, anak perempuannya cuma ingin Razak membiayai operasi anaknya yang sedang sakit.
Razak tak hanya melaporkan, sehari menjelang kematian model itu ia bertemu dua polisi Inspektur Kepala Azilah Hadri, 30 tahun dan Kopral Sirul Azhar Umar, 35 tahun. Di Bangunan Getah Asli, Jalan Ampang itulah Razak menyuruh kedua polisi itu menghabisi model asal Mongolia itu. Berdasarkan visum dokter Anna ditembak dua kali dan badannya diledakkan dengan peledak plastik, C4.
Dua hari setelah Anna hilang, adiknya Altantzul Shaariibuu, dan sepupunya, Burmaa Amy melapor ke polisi dan menduga berkaitan dengan Abdul Razak. Beberapa hari setelah laporan itu, polisi Malaysia menangkap Azilah, Polisi Unit Khusus yang diduga bersekongkol dengan Razak. Dua pekan kemudian ditangkap lagi Kopral Sirul. Dari kedua orang itu, diperoleh informasi mengenai tempat eksekusi.
Di tempat itulah polisi menemukan bukti-bukti. Sehari setelah itu polisi memeriksa Razak dan menahanya, dengan tuduhan penculikan dan pembunuhan berencana. Sedangkan seorang polisi wanita yang semula diduga terlibat, dilepaskan karena tak ada bukti.
Untuk meyakinkan polisi melakukan tes DNA. Keluarga Anna didatangkan ke Malaysia dari Mongolia. Hasilnya memang mayat dan serpihan tubuh itu milik Altantuya. Dua pekan lalu selama dua hari ketiga tersangka itu mulai diadili di Mahkamah Majistret Shah Alam. Pengadilan menetapkan penahanan terhadap ketiga tersangka pembunuhan itu. Ancaman hukuman terhadap para tersangka pembunuhan berencana yang brutal itu dengan hukuman digantung sampai mati.
Pengacara Abdul Razak, Muhammad Shafee Abdullah yakin kliennya tak bersalah. “Jaksa tak mengatakan bagaimana klien kami mengenal keduia polisi itu dan apa motif pembunuhan Altantuya Shaariibuu itu,”katanya. Isteri Razak, Mazlinda Mahzan juga senada membela suaminya. “Suami saya, tak bersalah. Kenapa dia dituduh melakukan itu. Dia lelaki yang baik,”ujarnya sebelum sidang berlangsung.
Tersangka Abdul Razak Abdullah Baginda, sejak ditangkap tinggal di Rumah Sakit Umum Kuala Lumpur karena mengeluh sakit dada. Selama dirawat Razak dijaga ketat tiga pegawai dan delapan anggota polisi dari Tim Tindak Kriminal Berat. Tersangka dilaporkan mengalami radang paru-paru atau asma dan timbunan cairan pada paru-paru. Pihak otoritas negara itu meminta kepada semua pihak terutama media, tidak mengganggu Abdul Razak. Karena dokter dan pegawai medis negara tengah mengawasi perkembangan kesehatannya. Hanya pengacara dan keluarganya yang diijinkan bertemu.
Kematian Altantunya yang melibatkan tokoh politik dan polisi Malaysia mengundang reaksi. Duta Besar Mongolia di Bangkok, atas nama pemerintahan dan rakyat Mongolia, mengirim surat resmi kepada Kementerian Luar Negeri Malaysia dan Raja Malaysia, Yang Dipertuan Agung Tuanku Syed Sirajuddin Syed Putra Jamalullail. Pemerintah Mongolia meminta pemerintah Malaysia menindak tegas dan mengadili secara transparan para tersangka pembunuhan itu.
Duta Besar Mongolia ke Malaysia, Yaichil Batsuuri memuji polisi Malaysia karena selama ini masih bersikap profesional dalam mengusut kasus pembunuhan seorang wanita dari negaranya. “Polisi Malaysia membuktikan sikap profesional, bertindak cepat dalam mengendalikan kasus berprofil tinggi itu dan saya puas dengan cara mereka menjalankan tugas,”katanya usai melantik Konsul Mongolia baru untuk Malaysia, Syed Abdul Rahman Alhabshi. Kedua petinggi wakil Mongolia itu juga bertemu dengan Kepala Polisi Negara Malaysia, Tan Sri Musa Hassan di Istana Negara. “Kami hanya membicarakan mengenai prosedur untuk membawa pulang mayat Altantuya,’’ujar Yaichil.
Perdana Menteri Malaysia Abdullah Ahmad Badawi menjamin tak akan menghentikan penyidikan kasus tersebut. “Saya minta polisi tak menutup-nutupi kasus tersebut,ujarnya pekan lalu. Walaupun, tersangka Abdul Razak adalah salah seorang think tank wakil Perdana Menteri Malaysia Najib Razak, orang dekat Badawi di partai pemerintah UMNO.
Namun, Kementerian Keselamatan Dalam Negeri meminta media cetak di Malaysia berhenti menurunkan berita kasus pembunuhan Altantuya. Alasannya pelaku yang diduga kuat melakukan pembunuhan sudah didakwa di Mahkamah. “Pemberitaan mengenai kasus tersebut bisa mengganggu proses persidangan. Penerbit majalah bisa diambil tindakan kerena dianggap menghina mahkamah jika terus menyiarkan berita mengenai kasus ini,” kata Deputi Menteri Keselamatan Dalam Negeri Malaysia, Datuk Fu Ah Kiow.
sumber : Tempo
Pendidikan Nasib
8 tahun yang lalu
Tidak ada komentar:
Posting Komentar