Selasa, Mei 08, 2007

Amman

Tempat Bidadari Turun ke Bumi


Seorang mahasiswa asal Indonesia yang kuliah di University of Jordan, Amman, berkelakar,”sebenarnya cerita Joko Tarub, dimana tujuh bidadari turun ke bumi, lalu satunya ketinggalan dikawini seorang laki-laki bumi, itu bukan ada di tanah Jawa tapi di Jordan.Coba lihat, hampir tak ada orang jelek disini.”

Memang, para pria bisa betah di Amman, ibukota Jordan. Apalagi jika berkunjung ke kampus Universitas Jordan minta ampun deh. Sebenanya Amman bukan ‘surga’ bagi pria saja, tetapi juga bagi kaum hawa. Kaum perempuan bisa berjalan tengah malam tanpa gangguan lelaki jail. Bahkan di beberapa tempat mengisap argila (sisha), pengunjung lelaki ‘saja’ bisa ditolak nongkrong di kafe bila tanpa perempuan atau keluarga. Bahkan untuk berkunjung ke laut mati, para pria bisa ditolak masuk jika tanpa keluarga pada hari Jumat.

Pesawat Emirates yang aku tumpangi menginjak turun di Bandar udara Queen Alia. Landas pacu tampak tak semulus Bandara Sukarno-Hatta Cengkareng. Sebagai kota bertaraf internasional, Bandara Queen Alia tergolong sederhana. Petugas imigrasi tampak teliti memeriksa paspor dan visa. “Hmmm….Indonesia?”kata petugas itu.
Aku mengangguk,”naam (ya).” Petugas itu menanyakan nama orang tua yang tak tercantum pada nama dalam pasporku. “Abubakar, kami ini keturunan Bani Hasyim sama dengan raja anda,”kataku kesal, saat petugas itu banyak bertanya.

Petugas itu lalu mencap pasporku,”kami berikan dua minggu, ya.” Padahal dalam pasporku jelas tercantum visa yang diberikan Kedutaan besar Yordania di Jakarta, 6 bulan lamanya untuk beberapa kali masuk (multiple).

Keluar pintu petugas imigrasi, aku tak punya uang Yordania. Selembar 100 US Dolar kutukarkan pada satu tempat penukaran uang, yang memang cuma satu. Pihak money changenr hanya menyerahkant 68 Dinar Yordania, di pasar 100 US Dolar sama dengan 70,8 Dinar Yordania. Ternyata uang Kerajaan Malik Abdullah itu lebih kuat nilainya dibandingkan dengan mata uang negara pimpinan George W.Bush.

Tak seperti di Bandara Sukarno-Hatta, walaupun kecil dan sedikit taksi Bandara berwarna putih, tertib menyongsong penumpang. Seorang petugas akan menanyakan tujuan, lalu memberi selembar potongan kertas dengan huruf dan angka Arab. Cara yang serupa seperti di Bandara Djuanda Surabaya. Aku yang sudah berbekal alamat sebuah hotel yang ku pesan lewat internet, hanya menunjukkan alamat tersebut, Funduk (Hotel) Dove, Jabal Amman. Petugas itu menulis angka 16 Dinar Yordania (23 US Dolar atau sekitar Rp 200 ribu), cukup mahal.

Dari sopir taksi, ku ketahui, bahwa Kota Amman terdiri dari bukit-bukit (Jabal), karena itu lebih mudah bila menyebut daerahnya, seperti Hotel Dove di Jabal Amman ada juga daerah Jabal Hussein dan jabal-jabal lainnya, dulu ada 11 kini cuma tujuh. Akan lebih mudah lagi jika kita tahu bundarannya (duar), semuanya ada tujuh bundaran. Misalnya, jika mau ke Konsuler Kedutaan Saudi Arabia, seseorang cukup bilang Duar Awwal atau Duar Wahid. Sopir taksi akan membawa anda ke sana, banyak sopir taksi yang tak tahu (atau berlagak tak tahu) bila kita menyebut nama jalannya. “Anda tahu, kan jalannya?” kata sopir taksi, kalau kita menyebut nama jalan saja. Pasti bikin bingung.

Kota Amman, memang kota berkarakter. Walaupun kebanyakan bangunan seperti kotak-kotak, tetapi tak kumuh. Tak seperti Jakarta yang di kepung Mal, di Amman hanya ada beberapa mal tak begitu besar, yang besar seperti Plaza Senayan, cuma satu Mecca Mall. “Belum tercatat sebagai orang kaya, kalau belum pernah ke Mecca Mall,”ujar seorang teman, mahasiswa asal Indonesia, bercanda. Tapi memang, saat Tempo berkunjung di malam Jumat (karena hari Jumat libur) para ‘bidadari’ tumplek blek di Mecca.

Di tempat itu seperti mal-mal di Jakarta, di jual segala macam barang-barang bermerek atau busana khas Yordania. Tak semua membeli, ada yang cuma jalan-jalan, atau nongkrong di café. Di pintu gerbang mal, aparat keamanan tampak berjaga-jaga, dan serombongan anak muda yang dilarang masuk. “Mereka suka ngaco, kami sudah mengenali mereka,”kata seorang satpam pusat perbelanjaan itu. Selain Mecca mall, pusat perbelanjaan berada di daerah atau blok masing-masing, seperti kawasan Jalan Sabang, Jakarta pada masa lalu.

Keluar dari Mecca Mall Tempo naik taksi menuju Balad atau City Centre. “Memang beda harga disini, mendingan di Balad harganya lebih murah,”ujar sopir taksi, saat Tempo menyebut tujuan. Sopir taksi di Yordan memang suka memberi komentar kepada penumpangnya. Sama halnya seperti di negara-negara Asia Selatan, seperti Pakistan, sopir taksi juga selalu menyetel keras-keras lagu-lagu, tak peduli penumpangnya suka atau tidak. Sopir taksi sebagian besar asal Palestina, umumnya sikapnya lebih baik dibandingkan sopir taksi orang Yordania asli. Kalau kita ikut menggoyangkan kepala sesuai lagu yang disetel, sopir asal Yordania, sering berkomentar,”ada apa dengan anda?”

Tak sulit menuju Balad, dari segala arah, jalan menurun terus. Sampai pada titik pusat Balad, sebuah mesjid. Di tempat itu, aku dan Budiyanto (kameraman Metro TV), bertemu serombongan pemuda berwajah asia. Mereka menegur kami dalam Bahasa Inggris. Aku mencoba menebak-nebak,”From Thailand or Malaysia?”
“No, I’m from Filipina,”katanya.
Saat aku menanyakan lebih jauh tentang dimana asal mereka di Filipina. Mereka terbahak-bahak. “Kena, lu, kami dari Indonesia,”katanya. Mereka mahasiswa-mahasiswa yang bertebaran di beberapa kota di Yordania, dan kini sedang berkunjung ke ibukota Yordania, Amman. “Kami sengaja meledak anda, abis soh anda memakai jaket asal tempat kerja masing-masing,”kata salahs eorang dari mereka. Memang saat itu aku sedang memaki Jaket hitam Tempo, begitu juga Budi, menggunakan Jaket Metro TV-nya.

Di Balad anda bisa beli segala macam, mulai dari tas, sepatu, jam tangan, boneka Saddam Husein (seperti yang dibeli Reporter Metro TV, Meutya Hafidz), sampai pernik-pernik khas Yordan. Anda bisa beli shisa atau argila, mulai dari tabung, sedotan, bakau buah sampai alumunium foil-nya. Di Bazzar Harram, bisa dapat semuanya lengkap, tanpa perlu ke toko lain. Tak jauh dari Balad, terdapat taman dan bangunan berbentuk amphitheater, Roman Theater namanya. Dulunya, di tempat ini para Kaisar Roma bisa menyaksikan pertarungan manusia dengan manusia atau dengan macan. Bangunan ini dilengkapi penjara-penjara, tempat orang mati bunuh diri atau tewas tersiksa. Ruman theater bila dilihat daeri atas bukit, tampak seperti tangan Hercules, jagoan anak dewa Zeus.

Di Balad juga anda bisa nonton film porno di bioskop-bioskop kelas murah, ada 4 bioskop di daerah itu, antara lain ; Falastine Cinema, dengan harga 1 Dinar untuk sekali masuk, sepanjang lama anda mau disana. Bioskopnya seperti Bioskop Grand di Senen, ditanggung tak ada kutu busuk, karena bangkunya dari seng. Cuma hati-hati, kadang-kadang ada tumpahan kopi atau sperma.

Kadang-kadang film yang akan diputar diawali dengan film kungfu Jackie Chen keluaran tahun 1980-an, yang sudah buram dan bersuara sember. Film porno, juga kadang langsung potong-potongan fil beradegan mesum, tanpa plot cerita. Tukang jualan kopi, teh (chai) atau Pepsi akan berteriak-teriak keliling-keliling menawarkan dagangannya.. Ruang biskop yang begitu besar, kumuh, di musim dingin, berada di dalam serasa dibekap tembok basah.

Bosan di Balad, tempat nongkrong kalangan menengah di kawasan Sheimisani. Kalau sudah sampai di daerah itu jangan lupa mampir di Lebnani Snack. Gerai makanan dan jus dari Libanon, sangat terkenal di Yordania. Bahkan orang bilang, belum ke Yordan kalau tidak coba jus coctail di Lebnani Snack. Jus Supernya, berisi 8 jenis buah, plus potongan buahnya ditambah madu dan susu. Sekali makan kenyang. Atau coba jus buah delima campur madu, yang sedap rasanya, dan bikin seger. Setelah itu baru nongkrong di café nikmati argila, sambil ngopi dan cuci mata. Kalau rombongan anda cuma laki-laki, tak bisa masuk kafe untuk areal keluarga atau yang bawa pasangan. Kita cuma bisa memandang café sebelah. Glek! Jika cuaca Cuma 13 derajat kursi café digelar sampai trotoar. Tetapi bila kurang dari 10, café buka di dalam ruang tertutup. Di kawasan ini anda bisa nognkrong sampai pukul 4 pagi.

Tempat lain lagi untuk kalangan kelas menengah, Rabia. Di kawasan ini anda bisa menikmati pijatan plus soft core, dari perempuan asal Israel, Aljazair, Filipina, Lebanon, Suriah atau perempuan Yordan. Tempatnya biasa di kamuflase dengan salon atau game station. Tak terlau murah, 20 sampai 25 US Dolar perjam. Patra pemijat lebih suka melayani pria asing. “Pria asing, tak minta macam-macam, lain dengan pria Arab atau Yordan,”kata Sarah, 23 tahun, salah seorang pemijat asal Yordania. Kalaupun anda bisa bahasa Arab, lebih baik ngomong bahasa asing saja, atau bahasa tarzan. Ia akan melayani dengan senang hati.

Cewek-cewek Yordan, juga tak marah bila, cowok yang menggodanya orang asing. Ia akan memberikan senyuman, yang bisa bikin jatuh kepayang. Tapi cuma sampai disitu. Kalau beruntung dapat yang agak nakal sedikit, bisa terus mengajak kencan.
Dari Amman, ongkos taksi ke Suriah cuma 6 Dinar Yordan, berangkat dari terminal Abdali. Mau berkunjung ke laut mati? Jaraknya cuma 50 km atau satu jam perjalanan dari Amman, 40 sampai 50 Dinar bila anda menggunakan taksi sewa sendirian. Dari sana, bisa berkunjung ke situs Baptis, maupun ke Mount Nebo, yang diyakini kaum kristen, tempat kuburan Nabi Musa. Di tempat itu ada duplikat, tongkat Nabi Musa.

sumber : Koran Tempo

Tidak ada komentar: