Senin, Mei 07, 2007

Azerbaijan : Berkah Emas Hitam

Setelah pisah dari Uni Sovyet, ekonomi Azerbaijan meroket. Limpahan produksi minyak mendongkrak pembangunan di negeri itu. Bagaimana rakyatnya?

Ramil Mutukhov, 25 tahun, mulai melepaskan seluruh benda yang melekat dalam tubuhnya, mulai dari pakaian, celana, sampai kaos kaki. Lalu badannya masuk selonjor ke dalam bak mandi yang berisi cairan berwarna coklat kehitam-hitaman, mulai dari ujung kaki sampai batas leher. “Enak beneer,”ujarnya.

Mutukhov, baru saja memulai kebiasaan baru kebanyakan orang Azerbaijan belakangan ini, mandi minyak mentah (crude oil). Di Naftalan, kota penghasil emas hitam di Azerbaijan tengah, memang terkenal dengan spa mandi emas hitam. Lebig dari seribu bak mandi dalam klub-klub pusat kesehatan di Naftalan, dan banyak pusat spa minyak baru segera siap dibuka. “Tiap tahun 75 ribu orang datang kesini mandi minyak,” ujar pemilik pusat kesehatan minyak Therapatic spa, Ilgar Guseynov.

Selain karena minyak yang melimpah, mandi seperti itu dipercaya mengobati berbagai penyakit mulai dari psoriasis, arthritis, melemaskan syaraf-syaraf, menghaluskan kulit sampai rematik. “Kami buka sejak dua tahun lalu. Kami tahu, tiap hari, tiap bulan, Azerbaijan terus bertambah kaya,”ujar Guseynov.

Emas hitam pertama kali ditemukan pada 1873 di Baku, kini menjadi Ibukota Azerbaijan. Saat itu negeri ini masih dalam cengkeraman Rusia. Dari awal abad ke-20 sampai sekarang, hampir separuh cadangan minyak dunia disuling di Baku.

Azerbaijan melepaskan diri dari Uni Sovyet, dan memproklamirkan kemerdekaannya setelah negeri komunis itu dibubarkan Michael Gorbachev, pada 1991. Persoalan masih belum lepas, walaupun sudah merdeka, karena berperang dengan Armenia dan gerakan separatis Armenia memperebutkan kawasan Nargono Karabakh. Sampai masa gencatan senjata pada 1994, Azerbaijan kehilangan 16 persen wilayahnya. Akibat konflik tersebut, Azerbaijan terus melarat, 800 ribu orang mengungsi di dalam negeri dan orang terlantar dimana-mana.

Pemimpin Azerbaijan, Heydar Aliyef, mengubah pola pemerintahannya dan
mulai mengeksploitasi cadangan minyaknya yang kaya di Baku dengan mengundang perusahaan-perusahaan minyak multi nasional dunia. Kontrak senilai 7,4 miliar US Dolar ditandatangani dengan perusahaan-perusahaan minyak konsorsium barat. Pipa minyak sepanjang 1.170 kilometer yang menghubungkan Baku-Tbilisi di Georgia-Ceyhan, Turki, membawa keuntungan besar bagi negeri yang berada di tepi Laut kaspia tersebut.

Pipa senilai empat miliar Dolar AS itu merupakan salah satu terpanjang di dunia yang dioperasi oleh perusahaan minyajn patungan Inggris Amerika, BP, bekerja bersama dengan perusahaan-perusahaan minyak AS, seperti Chevron, Cocnono Phillips dan Hess. Mengucurkan minyak lebih dari satu juta barel tiap hari, bahkan kini tengah ditingkatkan menjadi 1,5 juta barel. Pipa paralel juga dipasang BP sejak Desember tahun lalu untuk menyalurkan gas miliaran meter kubik ke Eropa barat.

Negeri yang mayoritas warganya menganut Islam syiah itu juga menerapkan pola kepemimpinan sekuler, pemisahan agama dan negara. Bersamaan dengan itu Heydar membersihkan perjudian dan menekan tingkat pengangguran.

Sepeninggal Heydar, anaknya Ilham Aliyef mengambil alih kekuasaan pada 2003. Memang doktor sejarah kelahiran tahun 1961 itu sudah sering disebut-sebut Heydar, sebagai penggantinya. Saat ayahnya meninggal, Ilham menjabat sebagai Perdana Menteri, wakil Direktur perusahaan minyak negara dan wakil pemimpin partai yang berkuasa Partai Azerbaijan Baru (NAP). Namun, karena keberhasilan kepemimpinan ayahnya, lebih dari separuh rakyat Azerbaijan memilihnya. Pengamat barat menuding, Ilham menang dengan intimidasi, kekerasan dan menguasai media massa. Setelah menang Ilham berjanji tetap memimpin negeri itu dengan demokrasi.

Ekonomi Azerbaijan terus beranjak naik. Menurut Bank Dunia negara paling cepat naik perekonomiannya di dunia. Pendapatan perkapita negeri berpenduduk 8,4 juta orang ini, tahun lalu menurut Bank dunia 1,240 US Dolar. Sedangkan kemampuan ekonomi (Gross Domestic Product) mencapai 20,6 miliar US Dolar, atau perkapita mencapai 2,373 US dolar naik 34 persen lebih. “Itu sebuah anomali dalam sejarah bekas negeri sosialis,”kata ahli ekonomi dari Bank Pembangunan dan Rekonstruksi Eropa, Anita Taci.

Berkembang pesatnya ekonomi juga tampak dari pembangunan 300 apartemen di Ibukota Baku. “Semuanya laku sebelum dibangun, dan dijual dengan harga dua kali lipat setelah bangunan itu berdiri,”kata seorang agen perumahan, Elnur Asadov. Kini 250 bangunan apartemen baru siap dibuka.

Barang-barang merk terkenal seperti ; Cartier, Escada, Giorgio Armani dan lain sebagainya juga membanjiri pasar Azerbaijan dan laku. Tahun ini Azerbaijan bersama Turki dan Georgia juga mulai membangun jalan kereta yang melintasi ketiga negara itu senilai 420 juta Dolar AS, menyaingi Trans Siberianya Rusia.

Namun, kemajuan ekonomi itu harus dibayar rakyat Azerbaijan dengan ketiadaan kebebasan pers. Kebebasan bersuara, memang dijamin oleh konstitusi dan media massa secara teori bebas. Beberapa stasiun swasta diijinkan siaran tanpa batas. Tetapi intimidasi dan kekerasan seringkali terjadi terhadap media massa. Pada 2005, jurnalis yang sering mengkritik pemerintah, Elmar Huseynov tewas mengenaskan. Pada akhir 2006, pemerintah sempat menutup sebuah saluran televisi ANS. Komite Perlindungan Jurnalis (CPJ), sebuah lembaga nirlaba yang berkantor di New York, mengutuk pemerintah Azerbaijan yang mengganggu kemandirian dan media cetak opisisi.

Lebih jauh lagi kemandirian negeri itu juga tercabik, malah menjadi sekutu dekat AS memata-matai negeri sekitarnya, terutama Iran. Pada saat Amerika Serikat menyerang Irak, Azerbeijan salah satu negara yang mengirimkan tentaranya bersama pasukan negeri abang Sam.

Namun, kini, menurut Profesor studi keamanan nasional di US Army War College Strategic Studies Institute , Stephen Blank, Azerbaijan mencoba memainkan peranan yang lebih mandiri, tak bergantung kepada negara-negara yang selama ini mendiktenya. “Karena berkah minyak, dan kepemimpinan politik yang mulai kuat,”katanya. Pujian itu, menurut analis dari International Crisis Group, Vugar Gojayev, menunjukkan, dunia, terutama AS dan sekutunya tutup mata terhadap kelemahan di Azerbaijan. “Negeri itu korup, pelanggar hak asasi manusia dan mengkawatirkan kehidupan yang demokratis,”ujarnya.

Kenaikan ekonomi ternyata juga dibarengi dengan kenaikan biaya hidup, listrik, air dan transportasi publik. Subsidi terhadap orang-orang miskin juga dicabut, artinya semua warga negara Azerbaijan membayar harga yang sama tanpa membedakan kelasnya. Bahkan, menurut Gojayev, sejak kenaikan harga bensin dan solar, orang-orang Azerbaijan membayar lebih mahal dibandingkan orang-orang Amerika.

Seperti Indonesia tahun 1970-an saat boom minyak, pembangunan apartemen, barang-barang bermerek dan mandi minyak cuma dinikmati sebagian kecil warga Azerbaijan. Kesejahteraan hanya dinikmati, sekelompok orang yang berada dalam lingkaran dan dekat dengan kekuasaan. Menurut sebuah organisasi nirlaba yang berada di Baku, Pusat Pengawasan Keuangan Publik (PFMC), banjirnya keuntungan karena minyak hanya dinikmati lima persen warga Azerbaijan, 40 persen masih bergantung pada pertanian, selebihnya masih tak jelas. “Bisa kami katakan, negeri ini masih dalam keadaan miskin,”ujar Direktur PFMC, Inglab Akhmedov.

Sumber : Tempo, IHT, BBC, CSM, Time dan Eurasia.net

Tidak ada komentar: