Masa Depan Tridharma
Setelah Khonghucu diberi angin bisa berdiri sendiri sebagai agama, tentunya ada gangguan terhadap tridharma. Selama ini agama orang-orang tionghoa disatukan dalam ketiga ajaran ; Khonghucu, Tao dan Budha.
Klenteng Tek Hay Kiong, Kota Tegal, Jawa Tengah Sabtu dua pekan lalu menjadi saksi sejarah perkawinan penganut agama Khonghucu. Di tempat peribadatan itu Kantor Catatan sipil mencatat pernikahan pasangan Handeyjanto Sosilo, 60 tahun, dan Mary, 50 tahun. Dari namanya, menggunakan akhiran Kiong, klenteng itu menganut ajaran Tao. “Kami kaum Khonghucu memang lebih dekat dengan penganut Taoisme dibandingkan dengan Budhis,”kata Ketua Generasi Muda Khonghucu, Kristan.
Menjenguk klenteng kaum Khonghucu Hok Tek Bio di Desa Citeureup, Bogor, Jawa Barat, masih terasa adanya campuran tiga ajaran Budha, Tao dan Khonghucu. Terbukti dengan adanya tiga altar masing-masing ajaran di dalam tempat peribadatan tersebut. Di tempat itu bercampur antara persembahan untuk Nabi Khongcu, Lok Tek Ceng Sin atau malaikat penjaga bumi, Kwan Ong, Jenderal perang kerasaan Sam Kok dan Awalokita alias Dewi Kwan Iem. Penggabungan tiga ajaan itulah yang disebut Tridharma.
Tridharma sebagai satu organ kesatuan hanya ada di Indonesia. tidak pernah mempunyai hubungan ke negara lain. Tridharma lahir untuk melawan misionaris agama kristen yang dianggap berorientasi menyedot umat Budha keturunan Tionghoa pada akhir abad 19.
Perjuangan itu dimulai pada tahun 1900 saat berdirinya berdirinya Tiong Hoa Hwee Koan . Organisasi ini mengajarkan Bahasa Tionghoa dan Agama Khonghucu sebagai respons atas gencarnya misionaris Kristen. Bersamaan dengan itu berdiri pula Perhimpunan Theosofi, tempat tokoh-tokoh Agama Buddha belajar dan berkumpul.
Kwee Tek Hoay mendirikan Sam Kauw Hwee setelah menganggap Tiong Hoa Hwee Koan gagal memelihara dan mengembangkan ajaran Khong Hu Cu. Kwee menganggap Khong Kauw Hwee yang didirikan di Solo pada tahun 1918 dan di kota-kota lain kurang memasyarakat dan kurang memberikan harapan. Setelah Indonesia merdeka pada 1953 dibentuk Gabungan Sam Kauw Indonesia (GSKI) di Jakarta, yang merupakan cikal bakal Tridharma.
Ong Kie Tjay membentuk tempat Ibadat Tridharma karena klenteng-klenteng, terutama di Jawa Timur terancam punah sebagai akibat dari persepsi yang kurang lengkap dari penguasa setempat terhadap klenteng yang menganggapnya sebagai lembaga kecinaan non agama pasca peristiwa G30S tahun 1965. Baru pada April 1976 Majelis Rohaniwan Tridharma Indonesia resmi menaungi tiga ajaran tersebut.
Sesungguhnya tridharma yang dalam dialek Hokkian disebut Samkau atau tiga ajaran; Tao, Khonghucu dan Budha, tidak dapat digolongkan ke dalam agama apapun. Tridharma lebih tepat disebut sebagai salah satu bentuk kepercayaan tradisional masyarakat tionghoa hasil dari campuran ketiga filsafat yang mempengaruhi kebudayaan tionghoa dan sejarah Tiongkok sejak 2.500 tahun yang lalu. Karena agama resmi yang diakui oleh pemerintah Indonesia hanya 5, umat tridharma masuk dikelompokkan dalam lingkup agama Budha. “Padahal ajaran kami satu sama lain berbeda,”kata rohaniwan Khonghucu, Tan Im Yang.
Ajaran Konghucu atau Konfusius istilah aslinya Rujiao yang berarti agama dari orang-orang yang lembut hati, terpelajar dan berbudi luhur. Khonghucu dipercaya bukanlah pencipta agama itu, melainkan hanya menyempurnakan agama yang sudah ada jauh sebelum kelahirannya. “aku bukanlah pencipta melainkan Aku suka akan ajaran-ajaran kuno tersebut,”kata Khonghucu.
Banyak orang mengira Khonghucu hanya ajaran filsafat untuk meningkatkan moral dan etika. Menurut Jiao Se Im Yang dalam agama Khonghucu juga terdapat ritual yang harus dijalani pengikutnya. Agama Khonghucu mengajarkan hubungan antar sesama umat manusia yang disebut Ren Dao lalu hubungannya dengan sang pencipta alam (Tian Dao) yang disebut Tian atau Sang Di. “Khonghucu itu ajaran tauhid,”kata Im Yang.
Karena adanya tridharma itulah terjadinya pengkaburan ajaran Khonghucu. “Kalaupun ada patung atau gambar di dalam klenteng, bukan berarti kami menyembah mereka. Kami hanya menghormati mereka sebagai pahlawan aau orang suci yang pantas dihormati,”ujar Im Yang. Kini dengan diakui Khonghucu sebagai agama secara tegas oleh Presiden Susilo Bambang Yudhoyono, diharapkan penganut agama Khonghucu dapat menjalankan ibadahnya secara murni, tak perlu lagi bercampur dengan ajaran lain. “Agar pertanggungjawabannya jelas,”ujar pengurus Lithang Desa Citeureup itu.
Pendidikan Nasib
8 tahun yang lalu
Tidak ada komentar:
Posting Komentar