Selasa, November 07, 2006

International Affair : Irak

Setelah Makam Imam Askari Dibom

Makam Imam Syiah ke-11 Hasan Al-Askari di Samarra, Irak dibom. Kaum syiah membalas menyerang masjid sunni. Siapa yang bakar terus konflik antar sekte di negeri 1001 bom itu?

Hussein Ali, seorang kurir diberhentikan di tengah jalan pinggiran Kota Baghdad saat mengendari sepeda motornya. Lelaki bersenjata itu bertanya,"Kamu Syiah atau Sunni?" Seorang lainnya memeriksa identitas Hussein. "Mereka membolehkan jalan terus, karena saya syiah. Tetapi saya bilang pada mereka tak ada bedanya syiah dan sunni,"katanya.

Di Irak, pertanyaan seperti itu sudah biasa. Di kota-kota besar, seperti Baghdad atau Basrah perbedaan sekte agama, bukan menjadi masalah orang Irak untuk berseteru. Namun, di beberapa kota kecil dan tempat yang "berbahaya" perbedaan itu bisa menjadi pemicu persoalan.

Perbedaan sekte kembali menjadi masalah besar, setelah masjid dan komplek makam Imam Ali al-Hadi an-Naqi dan Imam Hasan al-Askari di Samarra, sekitar 100 kilometer sebelah utara Baghdad diledakkan Rabu pekan lalu.

Matahari belum lagi nampak, ketika suara terdengar menggelegar. Kubah masjid berwarna emas luluh lantak. Tak ada korban jiwa, karena kompleks masjid yang ada makam Imam Syiah, sejak Saddam Hussein jatuh dan kekacauan melanda Irak, makam orang-orang suci pengikut Ali bin Abi Thalib baru dibuka untuk umum pagi setelah sang surya menyinari bumi. Ulama besar Syiah di Najaf, Ayatullah Ali Sistani mengecam pengeboman itu dan minta pengikutnya berdemonstrasi secara damai menentang kekerasan dan perusakan tempat-tempat suci umat Islam.

Jumat pekan lalu para pengikut Syiah di berbagai belahan dunia mengecam pengeboman makam suci itu. Di Chicago, AS, ratusan orang turun ke jalan menentang kekerasan di Irak.

Menurut saksi mata dua lelaki bersenjata memasuki kompleks makam itu sebelum terjadinya ledakan. Penasehat Keamanan Nasional Irak, Mowaffaq al-Rubaie menuding kelompok militan sunni yang dibeking al-Qaidah pelaku peledakan itu. "Upaya mereka menyulut perang saudara di Irak tak bakal berhasil,"katanya.

Namun, kekerasan lain sudah tersulut, menurut polisi Irak, 130 orang terbunuh di Baghdad 24 jam setelah peledakan makam di Samarra itu. Beberapa pria bersenjata menyemburkan senapan mesinnya ke kerumunan warga Sunni di Baghdad, 47 orang kehilangan nyawa ditemukan di selokan-selokan. Menurut Asosiasi Ulama Sunni garis keras Irak, kini banyak anggota Milisi Mahdi Al-Sadr dan kelompok militan Syiah lainnya berkeliaran di jalan dengan senjata api.

Asosiasi itu juga melaporkan 168 masjid sunni diserang, 10 imam masjid tewas, 15 orang lainnya diculik tak lama setelah makam Imam Ali al-Hadi dibom. Salah satu sasaran Masjid Abu Ayyub al-Anshari di Baquba, 40 kilometer Timur Laut Baghdad, beberapa orang tak dikenal menembaki masjid itu dan melempar granat tangan. Seorang penjaga masjid dan belasan polisi Irak mati, puluhan lainnya terluka parah. Tiga orang jurnalis dari televisi Al-Arabiya, menurut Komandan Polisi setempat Kapten Laith Muhammad, Kamis pagi ditemukan tak bernyawa dekat mobil, kamera dan perlengkapan liputan lainnya.

Pemimpin radikal Syiah Muqtada al-Sadr mengecam keras pemerintah Irak tak melindungi tempat-tempat suci orang Syiah. Makam yang dipercaya akan menjadi tempat nongolnya Imam Mahdi itu, memang berada di daerah mayoritas sunni. "Jika pemerintah memiliki kedaulatan, tak perlu terjadi hal seperti ini,"kata Muqtada. Jika pemerintah tak mampu, Tentara Sadr, al-Mahdi, menurut Muqtada, yang akan melindungi tempat-tempat suci itu. Selain di Samarra, tempat suci syiah di Irak berada di Najaf, Karbala dan Kadhimiyah. Semua kerap menjadi sasaran kekerasan dan bom.

President Irak Jalal Talabani mengecam kekerasan yang terjadi sebagai tindakan kriminal dan pengecut. Perdana Menteri Irak Ibrahim al-Jaafari meminta aparat keamanan segera mencari dan menangkap para pelakunya. Presiden Amerika Serikat, George Walker Bush meminta semua pihak bisa menenangkan diri, "pengeboman tempat suci itu perbuatan setan."

Untuk mendinginkan keadaan Presiden Jalal Talabani langsung mengadakan pertemuan darurat para pemimpin tiga kelompok besar ; Syiah, Kurdi dan Sunni. Pemimpin sunni tak hadir dalam pertemuan Kamis pekan lalu itu. "Kami tak hadir kalau belum beres dan permohonan maaf bagi pelaku kekerasan terhadap masjid-masjid dan pengikut sunni,"kata juru bicara Front Sunni Bersatu, salah satu faksi Sunni Arab terbesar di Irak, Salman al-Jumaili.

Keadaan semakin panas, jalan ke arah perang bersaudara semakin terbuka? "Kami tidak melihat perang sipil akan berkobar di Irak,"kata juru bicara komando perang Amerika Serikat Mayor Jenderal Rick Lynch.

Sumber : Tempo/AP/AFP/Reuters

Tidak ada komentar: