Jumat, Oktober 17, 2008

Toriq Hadad : Antara Stroke dan Buah Hati

Dua tahun setelah Tempo dibredel, pada 1996 saat main Tenis di lapangan tenis tak jauh dari rumahnya di kawasan Pamulang, Tangerang, darah keluar dari hidungnya. Mimisan? Hus! Bukan. Pembuluh darah pecah. Ketika dibawa ke rumah sakit, dokter menemukan penyumbatan. Toriq Hadad divonis kena bloedrek alias darah tinggi.

Boleh dikata, lelaki kelahiran Surabaya, Jawa timur 22 April 1960 terkenal menjaga pola hidup sehat, tidak merokok, minum-minuman beralkohol, menjaga makanan dan banyak berolah raga dibanding rekan-rekan jurnalis lainnya. Maklum Toriq pernah memegang rubrik olah raga di Majalah Tempo sebelum dibredel.

Apakah sakit darah tinggi gara-gara tempo dibredel? “Bisa juga karena stress gak bisa nulis, campur aduk, capek juga, kondisi keuangan gak jelas pula,”ujar pria lulusan Institut “Publisistik” Bogor (IPB).

Tak salah menjelang Tempo terbit kembali, 1998, GM mengajak bertemu. Dalam pertemuan itu, bercerita dihubungi Menteri Penerangan Yunus Yosfiah untuk menerbitkan Tempo kembali. Yunus mensyaratkan GM yang memimpin majalah itu, walau hanya sebentar. “GM sebenarnya sudah males, tapi karena desakan banyak pihak dan syarat itu dia sepakat,”katanya.

Dalam pertemuan berdua itu GM bercerita tentang rencana kepemimpinan di Tempo mendatang. “Setelah dia memimpin sebentar, dilanjutkan oleh BHM, saya diminta menjadi Redaktur Eksekutif,”katanya. TH, begitu nama singkatanya, memang termasuk anak “emas” yang dipersiapkan GM ke depan. “Proses kaderisasi sudah lama dilakukan dalam institusi Tempo. Memilih BHM sebagai pemred, itu sudah disiapkan sejak lama. Tidak tiba-tiba. Tidak bisa hanya satu orang di Tempo memilih satu orang. Semua ditetapkan dalam proses, bersama-sama,”ujar GM dalam pertemuan besar dengan awak Tempo bulan lalu.

Hadiah ulang tahun kedua Tempo terbit, Toriq kena serangan stroke ringan. Gara-gara pengobatan bloedrek yang tak tuntas. Dokter memutuskan harus operasi by-pass jantung. Bekas pemain bola kesebelasan Pasuruan itu segera diterbangkan ke Epworth Hospital Melbourne. Tepat Hari Angkatan Bersenjata, 5 Oktober 2000 operasi dimulai, dan sukses. “Sekitat ingga minggu saya di negeri kanguru,” katanya.

Ada duka, datang pula suka. Ndilalah empat tahun setelah itu, 2004, setelah 15 tahun menikah sejak 1988, isterinya Devi A.Sari melahirkan putera, Hafez Mohamad Hadad. Setelah sebelumnya, sempat keguguran lima kali. “Saat itu mungkin sudah punya cukup waktu luang, untuk memikirkan keluarga dan uang yang cukup, kalau dulu saat Tempo dibredel bener-bener jungkir balik,”kata Toriq. Alhamdulillah!

--original version-- dipersembahkan untuk 10 tahun Tempo terbit kembali--

Tidak ada komentar: