Rabu, Juni 25, 2008

Pijat ala Pascasarjana

Salah pijat bisa berakibat fatal. Program Pascasarjana Ilmu Faal dan Kedokteran Olahraga Universitas Padjadjaran memberikan pelatihan pijat yang benar.
------

Agustina sudah merasakan nyeri di bagian sendi dan pinggangnya selama sepuluh tahun belakangan ini. Perempuan 37 tahun tersebut tak tahan bila harus berdiri lama-lama. Akibatnya, panggul bagian kirinya sakit. Betis dan lututnya pun bengkak dan biru. Dia dulu memang pernah terpeleset di tangga kantor hingga jatuh terduduk setelah tubuhnya kehilangan keseimbangan menapaki beberapa anak tangga. Agustina pun sudah sering memeriksakan diri, tapi dokter tak menemukan kelainan. Sempat pula dia dipijat ke tukang urut, hasilnya malah membuat badannya tambah mudah lelah dan tak bisa berjalan terlalu jauh.

Keluhan Hendarto lain lagi. Pria 42 tahun itu semula merasa kepalanya agak pening. Lalu arek Suroboyo itu minta tukang pijat langganannya mengurut bagian tengkuknya. Alih-alih sembuh, sakit kepala tambah berat. Esoknya bibirnya malah mencong setengah sentimeter dari bentuk semula. Dokter mendiagnosisnya terkena serangan stroke.

Pijat memang tidak bisa sembarang. Bila salah, akibatnya bisa seperti Agustina dan Hendarto. Untunglah, keduanya termasuk yang tertarik pada undangan program Pascasarjana Kedokteran Universitas Padjadjaran, Bandung, Jurusan Ilmu Faal dan Kedokteran Olahraga. Pertengahan Mei lalu, untuk kedua kalinya jurusan ini membuka pelatihan pijat untuk umum di Balai Kesehatan Umum Sport Medicine Fakultas Kedokteran selama tiga hari berturut-turut. Agustina dan Hendarto menjadi dua contoh kasus salah pijat.

“Pelatihan pijat ini sebenarnya kami gelar untuk mendapat tenaga pemijat menghadapi Pekan Olahraga Nasional di Kalimantan Timur, Juli mendatang,” Kepala Bagian Ilmu Faal Fakultas Kedokteran Universitas Padjadjaran, Bandung, Profesor Doktor Ambrosius Purba, menjelaskan. Terapi pijat yang diberikan pada pelatihan itu mulai masase olahraga, relaksasi, penyembuhan, pijat bayi, hingga pijat untuk ibu hamil. Itu masih ditambah dasar pemahaman anatomi, fisiologi olahraga, etika dan kebersihan masase, cedera olahraga, serta teori dasar pijat kesehatan. “Kami akan terus melangsungkan pelatihan bagi masyarakat umum tentang cara memijat yang benar dan bermanfaat,” ujar Purba.

Purba ingin menunjukkan bahwa pijat harus sesuai dengan ilmu medis. Orang yang mudah terkena cedera otot, seperti atlet, tidak bisa sembarang dipijat. Di Jurusan Ilmu Faal dan Kedokteran Olahraga Pascasarjana Kedokteran Universitas Padjadjaran, ilmu pijat itu termasuk mata kuliah penting. Lulusannya tentu bisa menguasai ilmu pemijatan dan bisa menyembuhkan orang dengan masase.

Hasilnya bisa dilihat pada Agustina. Dia diminta berbaring. Bagian lutut dan betisnya yang pernah bengkak diurut. Lalu kakinya ditarik, kemudian direnggangkan. Adapun untuk bagian pinggang, pasien harus tidur menelungkup. Pinggang diurut dan kedua kakinya ditarik. “Terapinya tak lama, cuma semenit, tapi sakit selama 10 tahun langsung hilang. Benar-benar cespleng,” kata Agustina. Ya, maklum pemijatnya sudah tingkat pascasarjana.

Lalu bagaimana dengan Hendarto. Menurut Purba, salah pijat memang bisa berakibat stroke. “Pembuluh darah tersumbat gara-gara salah pijat. Ini akibat yang paling parah,” ujarnya. Dan yang menimpa Hendarto bisa dikatakan satu dari 1.000 kasus yang ada.

Nah, untuk perawatan stroke, terapi pijat dilakukan di seluruh badan. Tujuannya agar jika terjadi penyumbatan pada pembuluh darah dapat terdeteksi dan peredaran darah bisa kembali lancar. Dengan demikian, organ-organ tubuh dan jaringan saraf pun mendapat suplai makanan dan energi untuk membangun kembali fungsi saraf yang pasif akibat serangan stroke. “Yang terpenting, pelaku terapi adalah orang yang mengerti benar,” kata Purba.

Asal pijat, menurut Purba, juga bisa merusak sistem metabolisme tubuh. Bisa dibayangkan, betapa gawat akibatnya. Bila metabolisme terganggu, mulai proses pencernaan makanan sudah tidak benar. Dampaknya beruntun. Bagian-bagian tubuh tidak menerima suplai oksigen dan energi, yang bila tidak segera diperbaiki akan mengakibatkan kerusakan organ atau jaringan tertentu.

Yang paling banyak terjadi adalah kerusakan otot dan terpuntir akibat salah pijat. Untuk itu, perlu disimak prinsip yang benar, yaitu memijat ke arah jantung. Sebab, dalam pembuluh darah manusia terdapat klep-klep yang mengarah ke jantung. Jika dilakukan terbalik, bisa berakibat klep tidak mengarah ke jantung. Aliran darah bukan hanya tak lancar, bahkan bisa tersumbat.

Untuk itulah, pemijat juga wajib mengenal ilmu anatomi tubuh, seperti letak, bentuk, dan susunan tubuh manusia serta hubungan antarbagian yang ada di dalamnya. Fisiologi, ilmu yang mempelajari fungsi atau kerja tubuh manusia dalam keadaan normal, juga harus dimengerti. “Ini syarat pemijat melakukan terapi,” ujar Purba.

Teknik memijat yang benar, menurut dia, mirip prinsip olahraga, yaitu dari pemanasan hingga pendinginan. “Dalam massage dikenal effleurage, yaitu teknik menggosok atau pemanasan sebelum memijat. Setelah selesai juga harus dilakukan pendinginan,” kata Purba menjelaskan.

Sementara itu, bagi olahragawan, masase sebenarnya amat diperlukan untuk mengembalikan kebugaran dan melawan kelelahan. Sebab, olahraga merupakan usaha fisik yang besar, bahkan kadang berlebihan. Tubuh pun mengalami defisit oksigen dan kelebihan asam laktat. Dengan demikian, beberapa bagian badan terasa pegal, linu, hingga sakit.

Jenis terapi masase bagi olahragawan pun berbeda bergantung pada jenis bidangnya. Menurut guru besar fisiologi manusia dari Universitas Advent Indonesia, Bandung, Albert Hutapea, untuk cabang senam non-body contact, hanya butuh 10 menit. Adapun bagi atlet angkat besi, perlu pemijatan khusus pada punggung serta otot besar tangan dan kaki yang lebih lama.

Adapun menurut pakar kedokteran olahraga Fakultas Kedokteran Universitas Padjadjaran, Neng Tike Kartinah, pijat kesehatan terbagi atas dua bagian besar. “Bagi orang sakit atau cedera, pijat bisa untuk penyembuhan, sedangkan untuk yang sehat, pijat berguna untuk kebugaran,” kata dokter lulusan pascasarjana yang kini sedang mendalami terapi pijat air (hydromassage) itu.

Bagi rehabilitasi medis seseorang, fungsi pijatan untuk memecahkan asam laktat yang tertimbun akibat sisa pembakaran dalam tubuh. Menurut Prabowo, dokter spesialis rehabilitasi medis dari Rumah Sakit Hasan Sadikin, Bandung, masase yang benar akan membuat asam laktat hancur sehingga peredaran darah lancar. “Ini merangsang pembentukan hormon endorfin, yang membuat tubuh menjadi bugar dan daya tahan tubuh meningkat,“ kata Prabowo. “Idealnya, pemijatan yang benar tak akan menimbulkan rasa sakit.”

Tidak mengherankan bila penggemar pijat menganggap pijat sebagai “candu”. Sebab, setelah dipijat, tubuh terasa nyaman. Ini pas benar dengan asal kata “pijat”. Menurut Albert, pijat berasal dari bahasa Arab, mash, atau massien dari bahasa Yunani, artinya menekan dengan lembut. Teknik ini dulunya berasal dari cara manusia memanipulasi rasa sakit dalam tubuhnya dengan mengelus-elus bagian yang sakit.

Ahmad Taufik, Widiarsi A. (Bandung)

Tidak ada komentar: