Selasa, Maret 11, 2008

Masa Keemasan Jantung Anda

Penderita serangan jantung harus ditangani cepat dan tepat. Hanya beberapa rumah sakit yang mampu menyediakan pelayanan paripurna.

**-
ARIFIN, bukan nama sebenarnya, tiba di unit gawat darurat Rumah Sakit Hasan Sadikin (RSHS) Bandung dalam keadaan payah. Keringat dingin mengucur di sekujur tubuh. Dadanya sakit bukan alang kepalang. Bernapas pun susah. Tak salah lagi, laki-laki 53 tahun ini terkena serangan jantung koroner.

Setelah diperiksa dengan alat pendeteksi jantung, elektrokardiograf (EKG) ditemukan sumbatan 100 persen di pembuluh bagian kiri depan jantungnya. Tanpa membuang waktu, pihak keluarga Arifin menyetujui si pasien mendapat tindakan selanjutnya, yaitu percutaneous coronary intervention (PCI). Ini adalah bentuk penanganan untuk mengatasi penyempitan arteri koroner jantung.

Arifin pun dibawa masuk ke ruang khusus yang di dalamnya terdapat angiograf, alat yang mampu meneropong keadaan pembuluh darah dalam jantung. Alat ini dapat menghasilkan gambar sinar tembus pandang, sinar X, yang memperlihatkan struktur dalam jantung termasuk arteri, vena, dan bilik-bilik jantung.

Berbekal rekaman angiografi, tim dokter langsung mengambil tindakan koroner melalui kulit (PCI)--bukan dengan pembedahan. Caranya dengan memasukkan selang kecil yang dilengkapi kawat berpenunjuk arah (guide wire), melalui selangkangan menuju muara pembuluh darah koroner.

Sesampainya di pembuluh yang tersumbat, kawat pemandu itu memompanya hingga menggelembung. Aliran darah yang tersumbat pun kembali mengalir. Lalu dipasang cincin di pembuluh darah itu untuk menjaga saluran darah tetap terbuka. Jantung Arifin pun kembali memompa dengan baik. Nyawanya akhirnya terselamatkan terutama karena gerak cepat-tepat tim dokter memanfaatkan golden period.

Ya, itulah periode istimewa yang dibahas khusus dalam seminar Pelayanan Terkini Gagal Jantung di Rumah Sakit Santosa, Bandung, pertengahan bulan lalu. Periode 90 menit pertama setelah serangan yang menyimpan potensi kesembuhan tinggi jika dokter mengambil tindakan jitu. “Hanya perlu dua jam sejak masuk ruang gawat darurat hingga dipasang ring, sampai selesai,” tutur dokter spesialis jantung intervensi yang menanganinya, Achmad Fauzi Yahya.

Dalam periode keemasan ini, jantung masih bisa bertahan dan tidak kekurangan oksigen--walaupun pasokannya terbatas akibat sumbatan. Sekadar info, jantung hanya mampu hidup tanpa pasokan oksigen sama sekali selama sekitar 20 menit. Setelah serangan, pasokan oksigen tetap ada namun menipis, sampai akhirnya hilang sama sekali. Padahal otot jantung bekerja dengan pasokan oksigen. “Istilah kedokteran jantung time is muscle,” ujar Fauzi.

Nah, jika dilakukan tindakan tepat sebelum periode keemasan itu berakhir, kemungkinan sembuh terbuka lebar. Bila terlambat, kemungkinan besar pasien akan meninggal, atau paling tidak sulit dan perlu waktu lama untuk disembuhkan. Lagi pula, seseorang yang sudah mengalami gagal jantung biasanya sulit bisa kembali hidup normal. Penyembuhan jangka panjang pun butuh biaya tinggi. Begitu pesan yang disampaikan dalam seminar itu.

Sayangnya, tidak banyak yang memahami periode keemasan ini. Malah--mungkin karena punya banyak uang dan tidak percaya pada dokter Indonesia--pasien yang terkena serangan jantung berobat ke luar negeri. “Padahal penderita serangan jantung tidak bisa dibawa ke luar negeri, karena harus segera ditangani. Kalau tidak, bisa ‘lewat’,” kata Fauzi.

Selain periode keemasan, ada lagi yang perlu diketahui jika serangan jantung datang. Cari rumah sakit yang memiliki angiograf dan dokter spesialis yang mampu melakukan PCI dan bisa dipanggil 24 jam. Tidak semua rumah sakit bisa menangani pasien serangan jantung.

Jadi, tidak mengherankan bila rumah sakit yang memiliki fasilitas laboratorium angiografi mengalokasikan dana tak kecil, sekitar Rp 10 miliar. Adapun si pasien harus merogoh kocek minimal Rp 30 juta untuk membayar tindakan intervensi dan perawatannya. RS Sentosa yang punya peralatan lebih lengkap dan canggih itu mengenakan biaya lebih mahal. Untuk dua hari perawatan plus pemasangan cincin, pasien harus membayar Rp 60 juta.

Berdasarkan catatan Persatuan Dokter Spesialis Kardiovaskuler Indonesia (Perki), ada 444 dokter spesialis jantung di Indonesia, dan hanya 45 di antaranya menguasai spesialisasi jantung intervensi. “Penanganan serangan jantung tak bisa didelegasikan ke dokter lain,” kata Fauzi. Dan penanganan penderita serangan jantung di sini tak kalah dengan di luar negeri, kata Direktur RS Sentosa, Pitono. “Tinggal sumber daya manusia dan kepercayaan orang Indonesia yang perlu ditingkatkan. Jika orang Indonesia percaya pada pelayanan di dalam negeri, sebenarnya kita sudah mampu. Toh, mesin bisa kita beli,” kata Pitono.

Jantung adalah organ perkasa yang menyuplai oksigen ke seantero tubuh. Jika ia terserang, dibutuhkan orang yang tepat yang dapat menanganinya dalam waktu singkat.

Ahmad Taufik
(dari Majalah Tempo edisi 10-16 Maret 2008)

Boks :

Daftar Rumah Sakit dengan Fasilitas Pelayanan Jantung Terpadu:
Jakarta:
Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo
Rumah Sakit Pusat Pertamina
Rumah Sakit Harapan Kita
Rumah Sakit Medistra
Rumah Sakit Pondok Indah
Rumah Sakit Puri Cinere
Rumah Sakit Kelapa Gading
Dan beberapa rumah sakit swasta lainnya

Tangerang, Banten:
Rumah Sakit Internasional Bintaro
RS Glenegles International, Karawaci

Bandung
Rumah Sakit Hasan Sadikin
Rumah Sakit Santosa

Semarang
Rumah Sakit Kariyadi
Rumah Sakit Tlogo Rejo

Yogyakarta
Rumah Sakit dr. Sardjito

Surabaya
Rumah Sakit dr. Sutomo
Rumah Sakit Darmo

Luar Jawa:
RSUD di Palembang, Padang, Medan, dan Makassar

Tidak ada komentar: