Rabu, September 05, 2007

Haul ke-11- Sayyid Abubakar aljufri

Sambutan Keluarga besar Almarhum Sayyid Haji Abubakar bin Salim Aldjufri

Assalamu’alaikum warahmantullahi wa barakatuh,

Imam Ali Zainal Abidin cicit Rasulullah Muhammad SAW yang hidup pada tahun 38 – 95 Hijriyah, menulis sebuah do’a, ‘’O, Tuhan! Kau mengutus Muhammad sebagai pembawa risalah-Mu. Dengan kecintaan-Mu padanya dan keluarganya. Kau mengilhaminya dengan ilmu yang luar biasa dan menjadikan kami dengan kehormatan sebagai pewaris ilmunya. Dan menjadikan ilmu (hikmah) sebagai kekuatan kami dengan maksud memuliakan kami atas mereka yang tidak diberi kemampuan memahaminya. O, Tuhan! Karena Engkau yang menjadikan akal kami mampu memahaminya, dengan kasih dan sayang-Mu telah mengajarkan keutamaan-keutamaan pada kami, berkahilah Muhammad, penyeru kami, keluarganya dan pemelihara risalahnya.’’

Imam Ali Zainal Abidin adalah cucu Imam Ali bin Abi Thalib pasangan hidup Fatimah Az-Zahra, anak Rasulullah Muhammad SAW. Imam Ali Zainal Abidin adalah satu-satunya cucu Rasulullah yang dengan kuasa Allah SWT hidup dan terhindar dari pembantaian keji Yazid bin Muawiyah . Coba anda bayangkan apabila Imam Ali Zainal Abidin ikut terbunuh di Padang Karbala (sekarang berada di wilayah Irak), tak ada lagi penerus risalah Rasulullah Muhammad SAW. Kita akan hidup di dalam kegelapan, tak ada pegangan untuk membedakan mana yang benar, dan mana yang samar-samar dan mana yang salah. Semua bisa dimanipulasi, karena ada pepatah mengatakan ‘buku sejarah tergantung yang berkuasa’.

Tetapi, sejarah adalah sejarah, apapun kalau dimanipulasi akan terkuak juga mana yang benar dan mana yang salah. Akhirnya, karena ancaman dan tekanan yang begitu kuat, pegangan Imam Ali Zainal Abidin adalah do’a, bermunajat kepada Allah. Sehingga beliau digelari As-Sajjad yang artinya orang yang tekun bersembah sujud kepada Allah SWT.

Imam Ali Zainal Abidin tak mau tahu urusan politik, karena posisinya sebagai pembawa risalah Rasulullah SAW, dianggap ancaman terhadap penguasa yang memerintah secara zalim dan keluar dari ajaran Islam. Dengan cara bermunajat kepada Allah SWT, dan menyebarkan ajaran doa doanya diterima Allah SWT. Sehingga melalui anak cucu dan cicitnya yang disebut dalam Al-Qur’an dzuriyatnya, ajaran Rasullah menyebar ke seluruh bumi mulai dari Maroko sampai Merauke, dari California sampai Kalipasir dan juga sampai Greenland (tanah hijau) di ujung benua Amerika sana sampai di tanah Sunda ini.

Nah, dari anak cucu Imam Ali Zainal Abidin yang selalu dikejar-kejar penguasa yang benci pada keluarga Rasulullah menyebar ke seluruh jagat, membawa risalah. Para Habaib yang hidup di Indonesia ini juga bagian dari anak cucu Rasulullah. Termasuk diantaranya yang sedang kita peringati haul-ke 11 ini, Habib Abubakar bin Salim Al-Jufri.

Doa adalah jembatan, bukan hanya untuk yang telah meninggalkan kita, tetapi juga untuk kita yang juga akan meninggalkan dunia ini. Dalam kesempatan ini salah satunya kita bisa berdoa bersama-sama untuk yang sudah tiada dan yang akan segera tiada.

Atas kehadiran saudara-saudara kami se iman dan se bangsa dalam acara ini.

Kami keluarga mengucapkan banyak terima kasih.

Wassalamu’alaikum warrahmatullahi wa barakatuh.

Kebon Pala, 2 September 2007.

Atas nama keluarga besar Sayyid haji Abubakar bin Salim Aldjufri

***

Sekelumit tentang Almarhum Habib Abubakar bin Salim Al-Jufri

Almarhum Habib Abubakar bin Salim Al-Jufri adalah keturunan ke-36 dari Rasulullah Muhammad SAW berdasarkan garis Imam Hussein, buah perkawinan Fatimah Az-Zahra dengan Imam Ali Bin abi Thalib. Menurut sejarah, pada akhir abad ke-19 datanglah ke Pulau Jawa tiga orang pemuda Abdurachman, Umar dan Mohammad, putera-putera dari Habib Abdul Kadir Al-Djufri dari Sewun, Hadramaut (sekarang berada di Republik Yaman). Ketiganya dari Pulau Jawa berangkat ke Pulau Sumba, Nusa Tenggara Timur dan berusaha dalam peternakan dan perdagangan hewan. Muhammad dan Umar membuat syarikat Firma Mohammad Aldjufri yang berhasil menjadi perusahaan besar di bidang perdagangan hewan sampai dengan tahun 1957. Sedangkan Abdurrahman lebih banyak mencurahkan waktunya untuk dakwah di Pulau Sumba ditunjang oleh kedua saudaranya. Ketiganya meninggal dan dimakamkan di Surabaya.

Tentang keluarga Al-Jufri terekam dalam Buku Sejarah Republik Indonesia tentang kepulauan Sunda Kecil yang diterbitkan oleh Kementerian Penerangan R.I. Kalau di daerah Sumba kini lebih kurang ada ratusan ribu orang penduduk yang menganut agama Islam dan mempunyai 2 buah sekolah madrasah, maka ini dapat dimengerti karena pada abad XX datang lagi seorang bernama Mochamad bin Aldjufri, seorang Arab pedagang hewan yang terbesar di daerah Sumba hingga sekarang ini.

Almarhum Habib Abubakar Al-Djufri ini adalah putera kandung dari Syarifah Sidah binti Mohammad Al-Djufri dan Habib Salim bin Abdurrahman Al-Djufri. Lahir di Gresik, Jawa Timur 21 Desember (17 Sya’ban) 1926. Anak ketiga dari sebelas bersaudara ini belajar di perguruan Al-Khairiyah dan Islamic Middlebare School di Surabaya. Ia sempat mencicipi sekolah singkat di International Marketing, Colombo Plan, Indian Institute of Foreign Trade, New Delhi, India.

Tamat sekolah, ia tertarik pada dunia pendidikan dan menjadi penilik sekolah Arab English School di Pandaan, Malang. Namun, seperti keluarganya yang lain akhirnya terjun juga dalam dunia usaha, tahun 1942 menjadi sekretaris Persatuan Pedagang Asia. Ketika Jepang berkuasa Abubakar Al-Djufri menjabat kepala Gudang Bongkar Muat perusahaan Ganebo. Juga aktif dalam Keibodan, 1944. Ketika Revolusi Kemerdekaan Indonesia pecah ia menggabungkan diri dalam Barisan pemberontakan Rakyat Indonesia, pimpinan Bung Tomo. Selain itu, ia menjadi wartawan berbagai media yang pro Republik Indonesia sampai tahun 1948. Pekerjaan wartawan ditekuninya pula sampai masa tuanya. Ia adalah wartawan Kantor Berita Antara dengan kode D-13, 1975-1980.

Almarhum Al-Habib Haji Abubakar Aljufri lalu aktif menekuni pekerjaannya sebagai pedagang sapi, dan pekerjaan jasa lainnya. Pemilik ranch di di Pare-pare Sulawesi Selatan dan Sumba, NTT ini juga menjadi penghubung utama para pedagang, petani dan pemerintah Indonesia dengan negara-negara di Timur Tengah. Organisasi Abubabar Aldjufri tak terbilang banyaknya, ia menjadi perintis beberapa asosiasi, antara lain menjadi ketua Pepehani, hampir sepanjang hayatnya, Ketua Indonesian Man Power Association (IMSA)-Perusahaan Pengerah tenaga Kerja Indonesia ke Luar Negeri- , Gabungan Penguisaha ekspor Indonesia (GPEI), Ketua Kamar Dagang Indonesia untuk Timur Tengah, Ketua Himpunan Kerukunan Tani Indonesia (HKTI), dan lain sebagainya. Karena aktifnya, beliau pernah memimpin delegasi petani Indonesia di Irak, dan akrab dengan Saddam Hussein.

Di Timur Tengah juga beliau pendukung aktif perjuangan kemerdekaan Palestina, dan dikenal dekat dengan pemimpin PLO, Yasser Arafat. Sayyid Abubakar Aldjufri juga pernah menjadi anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Surabaya pada tahun 1951. Di samping itu tidak melupakan tugas yang dikerjakan nenek moyangnya berdakwah untuk kaum papa di daerah Nusa Tenggara Timur (NTT), ia tergabung dalam satuan ulama untuk daerah tersebut.

Ayah 15 orang anak ini meninggal di Jakarta pada 1996, di rumah isterinya Syarifah Fadilah binti Hasan bin Agil dan Zahra binti Abubakar Alhabsyi, putri Kebon Pala Tenabang. Sayyid Abubakar Aldjufri dikuburkan di Pemakaman Umum Karet, Jakarta Pusat.

***

Tidak ada komentar: