Senin, Mei 07, 2007

Israel : Menembus Dunia Islam

Babak baru diplomasi Israel, secara resmi mengirim dan menghadiri acara-acara internasional di negara-negara muslim. Upaya memperkecil gerak Iran?
Konperensi Parlemen Dunia di Bali baru dimulai ahad pekan depan, tapi gaungnya sudah terdengar jauh-jauh hari. Gara-garanya lima anggota Parlemen Israel (Knesset) terdaftar dalam peserta yang akan hadir dalam pertemuan internasional tersebut.
Sejumlah politisi, partai politik dan organisasi massa berbasis Islam lah yang “memeriahkannya”. Partai Keadilan Sejahtera (PKS) secara resmi menulis surat kepada pemerintah untuk menolak kedatangan delegasi Parlemen Israel dalam konferensi parlemen dunia di Bali, 29 April hingga 4 Mei mendatang.
Menurut Presiden PKS Tifatul Sembiring, kedatangan parlemen Israel tersebut berpeluang besar memicu kemarahan umat Islam di Indonesia. “Melalui secarik kertas dari departemen luar negeri, kami minta pemerintah menolak kehadiran parlemen Israel. Kedatangan delegasi tersebut tidak banyak memberikan manfaat kepada Indonesia,”ujarnya.
Sebagai anggota Inter Parliamentary Union (IPU), Knesset mendapat undangan dalam konferensi parlemen sedunia tersebut. Sedianya, konferensi IPU diselenggarakan di Thailand, tetapi karena semenjak terjadi kudeta militer, Thailand tidak memiliki parlemen, Indonesia ditunjuk sebagai tuan rumah. Undangan peserta konferensi, termasuk Israel dilayangkan oleh sekretariat IPU yang ada di New York. "Kami memang akan mengirimkan delegasi," kata Ilan Ostfeld juru bicara Ketua Knesset, Dalia Itzik saat dihubungi Faisal Assegaf dari Tempo melalui telepon selulernya. Namun, Itzik, yang juga pejabat Presiden Israel belum tentu bisa hadir.
Kedatangan delegasi Israel ke Indonesia bukanlah yang pertama. Tahun lalu, delegasi negara Yahudi itu, termasuk Duta Besar Israel di Thailand juga menghadiri pertemuan ESCAP di Jakarta. Indonesia sebagai negara dengan penduduk muslim terbesar di dunia dipandang oleh pemerintah Israel sangat penting. "Kami ingin memberikan informasi yang sebenarnya tentang Israel kepada rakyat Indonesia,"kata Duta Besar Israel di Singapura, Ilan Ben Dov.
Pendekatan diplomasi gaya menghadiri konprensi internasional, rupanya menjadi pola baru Israel mendekati negara-negara berpenduduk muslim besar. Maret lalu, secara resmi seorang wartawan Israel Orly Azoulay dari surat kabar Yedioth Ahronoth menghadiri pertemuan tingkat tinggi negara-negara Arab di ibukota Arab Saudi, Riyadh.
Azoulay hadir dalam rombongan bersama Sekretaris Jenderal Perserikatan Bangsa Bangsa, Ban Ki Moon. “Bangsa Saudi telah memberikan arti penting bagi pertemuan tingkat tinggi tersebut, yang di dalamnya akan memperkokoh prakarsa perdamaian,”tulisnya. Menurut Ban Ki Moon, kehadiran wartawan Israel dalam konprensi tersebut, berperan untuk membawa Israel dan Arab Saudi semakin dekat.
Memang selama ini, Arab Saudi adalah sekutu Amerika Serikat di Timur Tengah. Saudi berperan mengajak negara-negara Arab untuk tidak memusuhi Israel. Bahkan pada saat pertemuan Camp David kedua antara Presiden AS, Bill Clinton, Pemimpin PLO Yasser Arafat dan Perdana Menteri Israel Ehud Barak pada tahun 2000, Arab Saudi salah satu pendukung pertemuan itu.
Arab Saudi lebih memilih bersekutu dengan AS dan Israel, dibandingkan negara Islam lainnya, Iran. Tak heran jika, saat terjadi serangan Hizbullah Lebanon terhadap Israel, pemerintah Saudi menyalahkan Hizbullah. Arab Saudi bersama negara-negara Arab lainnya juga sepakat dengan resolusi PBB 1747 yang dipimpin AS untuk memberik sanksi terhadap iran karena program nuklirnya. Bisa jadi selain menjaga eksistensi kerajaannya, juga berkaitan dengan ideologi yang berbeda. Saudi berpaham Sunni Wahabi berbeda dengan Iran yang syiah.
Usaha Presiden Iran Mahmud Ahmadinejad yang berkunjung ke Saudi beberapa waktu yang lalu untuk merapatkan barisan Islam Sunni-Syiah menjadi sia-sia. Tak salah jika dalam politik berlaku adagium, “tak ada musuh yang abadi, tapi yang ada kesamaan kepentingan.”
Lalu Indonesia kini berada di persimpangan jalan ; ikut poros AS-Saudi-Israel atau berada dibarisan anti Israel dan Amerika Serikat?

sumber : TNR, Ynetnews.com)

Tidak ada komentar: