Sabtu, April 18, 2009

Pasangan Sejenis



Keputusan Mahkamah Konstitusi yang mematahkan calon presiden dari jalur “independen” dalam pemilihan umum 2009 mendatang “memaksa” para calon presiden dari jalur itu mencari “kendaraan”. Salah seorang diantaranya Ratna Sarumpaet. Sejumlah partai sempat menawarinya sebagai calon presiden atau wakil presiden dari partai tersebut. Ratna menolak, karena kebanyakan partai mensyaratkan “setor” dana. Bahkan sebuah partai membatalkan konvensinya, karena Ratna menolak menyetor Rp 100 juta untuk ikut dalam konvensi partai itu.

Entah siapa yang memulai, tim Ratna Sarumpaet, Akar Indonesia bertemu dengan pengurus pusat Partai Nasionalis Indonesia Marheanisme (PNI-Marhaenisme). Partai yang pada pemilihan umum 2004 hanya mendapat suara 900 ribuan, bermaksud tak mau tersingkir alis kurang dari angka threshold yang ditetapkan undang-undang pada pemilihan umum 2009 ini. Untuk mendongkrak suara, diliriklah Ratna Sarumpaet.

Selain terkenal sebagai teaterwati, pada masa Soeharto berkuasa Ratna bersuara lantang membela buruh yang mati di Jawa Timur Marsinah, para perempuan Aceh dan pergerakan pada demokrasi. Dengan dasar itulah, digagas pertemuan Ratna dengan Ketua PNI Marhanisme, Sukmawati Sukarnoputri.

Suatu sore di Kafe Jln. Cemara, Menteng, Jakarta Pusat, Ratna beserta timnya bertemu dengan Sukma dengan anggota pengurus partainya. Kedua perempuan itu saling menjajaki, Sukma mau tahu apa yang dimiliki Ratna. Sebaliknya Ratna juga ingin tahu sebesar apa kekuatan PNI Marhaenisme.

Dari bincang-bincang hampir dua jam, diselingi es jeruk nipis, pisang goreng dan bolen, rupanya tak ada kecocokan. “Apalagi kita dua-duanya perempuan, masak calon presiden dan wakilnya sejenis,”kata Sukma. Ratna hanya tertawa dengan alasan anak Presiden pertama Bung Karno itu. Rupanya dalam urusan politik di Indonesia, masih tertanam, bahkan dalam otak politikus perempuan sebesar Sukmawati Sukarnoputri.

Salah seorang peserta pertemuan itu tiba-tiba nyeletuk,”tapi kalau dua-duanya laki-laki kok boleh ya?”
“Kan lagi tren,”kata seorang menimpali. (***)

Tidak ada komentar: