Masih ingat "Kisah Keluarga Penderita Kanker"? (posting 13 Juni 2008).
Waktu memang cepat berlalu, namun harapan itu masih ada dan datang kepadanya. Seorang Bapak warga Blok A, Jakarta Selatan, berusia 70 tahun, yang menemuiku karena isterinya menderita kanker kembali mengontak ku. "Terima kasih, beribu terima kasih,"katanya, dari ujung telepon terdengar isak (entah tangis atau haru aku tak bis lihat).
Ia bercerita, sejak aku memberi informasi dan petunjuk untuk menemui dokter Lunardi, akhirnya dokter Yan Djukardi seorang dokter Rumah Sakit Sumber Waras, Jakarta membantu menemui dokter Lunardi. "Dokter Yan, membantu saya akhirnya, pak,"ujarnya.
Dokter Lunardi, penemu obat kanker yang mengobati pasien lewat jalan belakang (dubur), memberi obat untuk isterinya 120 butir. "Setelah riwayat eksehatan isteri saya, dan segala tentang penyakitnya, dokter Lunardi memberi obat, dan sudah kami pakai 50 butir hingga kini,"katanya.
Sejak menggunakan obat yang diberikan Lunardi, Bapak itu mengakui isterinya menjadi lebih sehat. "Saya gembira, karena ada perkembangan kesehatannya,"katanya. Memang kegigihan itu ada hasilnya.
Saya memang sempat melupakan bapak itu, karena kesibukan dan juga hilangnya kontak dengan dokter Lunardi. Belum lagi kakak saya (usia 50 tahun)yang juga kena kanker otak, dua bulan setelah dioperasi dokter Ali Shahab di Rumah Sakit Pusat Angkatan Darat Gatot Subroto, Jakarta, meninggal dunia. Operasi membuat penyakitnya makin parah, kankernya makin menyebar ke bagian tubuh lainnya. Saya melihat betapa sakit yang dirasakan kakak saya. Bahkan saya tak mampu membayangkan. Akhirnya membuat saya tak tega melihatnya.
Beruntung Bapak yang gigih itu, lewat tangan dokter Lunardi, isterinya diberikan jalan, minimal harapan. (***)
Pendidikan Nasib
8 tahun yang lalu
Tidak ada komentar:
Posting Komentar