Rabu, Juni 25, 2008

Pengecut Itu Menteror Keluarga

Sebuah pesan pendek masuk dalam telepon genggamku, "...(sayang teks sudah kehapus)...umi malu punya anak kayak kamu." (?) Pengirimnya tertulis nomor kakak yang paling aku sayangi.

Ah, aku gak berpikir terlalu jauh!

Sehari setelah itu, saat aku sedang menghadiri ujian doktor temanku di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah, Jakarta, masuk nomor telepon kakakku itu. Aku ambil dan sudah siap dengan sumpah serapah. Namun, yang terdengar adalah suara ibuku, tanpa memberi kesempatan untuk menjawab, "...umi diteror!" Klik, telepon mati. Waduh!

Usut punya usut, apa penyebabnya? Rupanya setelah tampil sebagai peserta dan ikut berkomentar dalam acara Debat TV-One, keluarga ketua Front Pembela Islam (FPI), menteror keluargaku. Aku yang dalam acara Debat itu berada di pihak penentang SKB (Surat Keputusan Bersama), dianggap memojokkan para pembela tindakan kekerasan atas nama Tuhan dan Agama Islam.

Saat itu, aku berkomentar menanggapi Mahendratta, yang berada di pihak penerima SKB, "puas...puas...mengambil istilah Thukul, udah keluar SKB? Sekarang bagaimana cara mengawasi orang-orang Ahmadiyah? Apakah orang salat akan ditongkrongi, siapa yang nongkrongi, polisi, pemerintah MUI atau FPI? saya yakin anda tak akan puas, dikasih ati (SKB), pasti minta rempelo!"

Rupanya pernyataan itu dijadikan dasar, untuk menteror Ibu dan kakakku, aku dianggap membela akidah yang sesat (Ahmadiyah).

Pembela FPI dan keluarganya, telah berlaku pengecut. Apa tidak berani menghadapi aku, toh aku yang berbuat dan berkata begitu, aku siap mempertanggujawabkan semua yang aku ucapkan. Bahkan sebaiknya anda menonton lebih lengkap acara itu. Karena pada komentar kedua, dan terakhir menjelang acara itu, saya sempat melontarkan pernyataan, "...biar seribu nabi palsu dinyatakan, semuanya tak mengurangi kemuliaaan Nabi Muhammad."

Tapi kenapa orang-orang yang mengaku "Islam" lebih senang berbuat kekerasan dan kezaliman pada orang lain, bahkan menebar teror secara pengecut?

Acara Debat di TV-One, hanyalah sebuah tontonan, semua pihak bahkan tidak puas. Kelompok Ahmadiyah, merasa tak mendapat porsi yang layak dalam acara itu. Kelompok pro-SKB, yang tampak serius dalam acara itu, lengkap dengan teriakan takbir, juga tampak tak puas.

Saya tahu, acara di TV memang dikemas untuk sebuah tontonan. Kebetulan saya kenal sang produser dan juga beberapa teman yang bekerja di TV itu. Bahkan, orang-orang yang berada di pro SKB, banyak saya kenal mulai dari Alfian Tanjung, Dosen Uhamka, Zaky dan temen teman dri Gerakan Pemuda Islam (GPI). Kami masih bisa bersalaman, setelah acara selesai.

Namun, orang-orang yang menerima informasi setengah-setengah dan berpikiran picik tak mampu menangkap isyarat itu. Puluhan pesan pendek beredar, ada yang menuduh saya sebagai pengkhianat dan dajal, ada pula (Fauzan Al-Anshari) yang menuduh saya tak sopan menunjuk aktifis-aktifis "Islam" dengan tangan kiri saya pada acara debat itu. Saya memang tak bisa meminta semua orang memahami posisi dalam televisi, debat dan sikap saya dalam berbangsa ini.

Saya apreciated dengan TV-One, sebaiknya memang kekerasan, bisa dipindahkan ke tempat yahg lebih elegan dengan debat, dan dialog, yang bisa ditonton banyak orang. Sehingga TV kita tak lagi menampilkan adegan kekerasa, seperti yang dilakukan FPI, LPI di Monas, 1 Juni lalu, Polisi di berbagai tempat dan juga kawan-kawan mahasiswa. Mari kita selesaikan persoalan bangsa ini dengan dialog. Jangan ada yang merasa paling benar, sehingga negeri ini selalu dilemahkan dan pihak asing yang mengincar kekayaan alam, saat kita sebagai bangsa sedang lemah dan kocar-kacir.

Jakarta, 26 Juni 2008

"Saya yang masih dirundung sedih" (tapi saya bisa menerima ini, sebagai sebuah resiko, jalan hidup saya, yang mungkin tak dimengerti banyak orang, bahkan saya sendiri pun tak mengerti)--aku cuma mau mengalir seperti air.

Spanyol: Saatnya Tim Matador

Spanyol kembali mengentak menjelang Euro 2008. Sang “pecundang abadi” ingin mengakhiri paceklik gelar.

**-
PASE lo que pase, Espana Siempre, apa pun yang terjadi selalu Spanyol. Begitulah bunyi slogan yang tertulis di badan bus tim banteng matador itu. Bus ini melalui kota-kota di Benua Eropa dari Spanyol menuju Neustift, Austria, menempuh 1.800 kilo meter.
Manajer tim Luis Aragones seolah ingin mengumumkan maklumat: Spanyol bukan lagi tim yang panas menjelang kompetisi tapi melempem pada saat laga. Sudah tidak terbilang berapa kali peak performance tim ini tercapai sebelum kejuaraan.
Menjelang Piala Eropa kali ini, Spanyol kembali menggetarkan. Pada akhir Mei, mereka menang 2-1 atas Peru. Sebelumnya, David Villa menendang satu gol ke gawang juara Piala Dunia 2006, Italia. Selama 14 kali pertandingan terakhir, Spanyol belum pernah kalah.
Masyarakat Spanyol menanggapi hasil spektakuler itu dengan dingin. Karena itu, jangan berharap ada dukungan berlebihan. Di Madrid saja, tak tampak spanduk dukungan penyemangat.
“Fanatisme orang Spanyol terhadap tim nasionalnya tidak berlebihan,” ujar Sahat, staf atase kebudayaan Kedutaan Besar Republik Indonesia di Madrid lewat telepon hubungan luar negeri kepada Yugha Erlangga dari Tempo. Bahkan di pusat pelatihan tim Matador, 19 kilometer dari Madrid, La Srozas tak banyak menyedot pendukung. “Padahal tempat itu cuma 15 menit perjalanan dari pusat kota,” katanya.
Tapi bukan berarti mereka tidak memberikan dukungan saat timnya berlaga di Austria-Swiss. Tiket jatah Spanyol sudah ludes jauh-jauh hari.
Pencinta bola yang tak pergi memilih berkumpul di bar-bar menonton pertandingan melalui televisi layar lebar. Cara lain pendukung tim Spanyol untuk memecut semangat tim matador, menurut Sahat, mereka tak akan menggunakan kaus tim nasional sebelum kesebelasan kesayangannya lolos dari babak penyisihan grup.
“Nah, euforia baru muncul jika tim nasional menjadi juara grup. Warga Madrid berpawai menggunakan mobil mengibarkan bendera Spanyol dan spanduk bertulisan: Espana Campeon, Spanyol juara,” katanya.
Aragones pantas jika ia optimistis bisa mengakhiri paceklik gelar. Timnya bertabur bintang dunia. Delapan belas pemainnya berasal dari klub papan atas Eropa. Empat di antaranya adalah tulang punggung Liverpool: kiper Jose Reina, bek Alvaro Arbeloa, gelandang Xabi Alonso, dan striker Fernando Torres, serta Cesc Fabregas, gelandang jagoan dari Arsenal.
Masih ada mesin gol Valencia, David Villa, serta gelandang andal Barcelona, Andres Iniesta dan Xavi. Di barisan pertahanan, ada Carles Puyol (Barcelona) dan Sergio Ramos (Madrid).
Taktik yang bakal diterapkan Aragones adalah memasang seorang ujung tombak dengan empat penyerang di lapis kedua. Di sini duet Torres dan Villa akan banyak berperan menghidupkan rentakan tarian flamenco di lapangan rumput.
Main bagus tentu juga akan diikuti bonus yang besar. Masing-masing pemain tim Spanyol dijanjikan bonus 214 ribu euro (Rp 3 miliar) jika menjadi juara Euro 2008. Nilai itu lebih kecil dari iming-iming saat Piala Dunia 2006, 540 ribu euro.
Tentu bukan cuma uang yang dikejar. Para pemain berharap saat pulang kampung disambut teriakan Espana campeon, bukan tim pecundang abadi.

BOKS PROFIL

PELATIH
Luis Aragones

Ia pernah menuai kontroversi pada saat Piala Dunia 2006. Luis Aragones, 69 tahun, ingin memompa semangat pemainnya, Jose Antonio Reyes. Namun caranya dengan menyebut penyerang Prancis Thiery Henry sebagai kotoran hitam. Itulah noda yang ditorehkan Aragones.
Ia hampir kembali kehilangan posisinya ketika Spanyol hanya mendapat tiga poin dari tiga pertandingan perdana kualifikasi Piala Eropa 2008 setelah dikalahkan Irlandia Utara dan Swedia. Setelah itu, tim matador ini ngamuk dan meraih 25 poin dari sembilan pertandingan, sehingga menjadi juara grup.
Penyerang terbaik Spanyol pada zamannya itu mulai melatih setelah gantung sepatu pada 1974. Pelatih temperamental ini telah 13 kali ganti klub, sebelum menukangi Spanyol pada 2004. Gelar tertinggi sebagai pelatih diraihnya tatkala membawa Atletico juara La Liga pada 1977. Selain itu, Aragones juga pernah empat kali juara Piala Spanyol bersama Atletico dan Barcelona.

PEMAIN KUNCI
Fernando Torres
Setelah bersinar di musim pertamanya bersama Liverpool, Torres, 24 tahun, menghadapi Piala Eropa 2008 ini dengan kondisi puncak. Pemain dengan keterampilan tinggi ini lincah bergerak dan sangat berbahaya di depan gawang. Ia mencetak tiga gol di Piala Dunia 2006, dan di Liga Inggris musim ini ia mengoleksi 23 gol, ditambah enam lagi di kompetisi Liga Champions.

Cesc Fabregas
Salah satu gelandang paling bersinar di Eropa saat ini. Pemain berumur 21 tahun ini menjadi andalan Arsenal, baik di Liga Inggris maupun kompetisi Eropa. Tapi ia masih berjuang mencetak gol pertamanya dalam pertandingan internasional.

Carles Puyol
Pemain gondrong ini sangat dingin dalam menghalau serangan lawan. Ia menjadi kapten Barcelona ketika menjadi juara Liga Spanyol dua musim berturut-turut pada 2005 dan 2006, serta Liga Champions 2006. Puyol sudah 60 kali memperkuat tim nasional.

Tim
Kiper: Iker Casillas (kapten), Pepe Reina, dan Andres Palop
Bek: 2 Raúl Albiol, 3 Fernando Navarro, 4 Carlos Marchena, 5 Carles Puyol, 11 Joan Capdevila, 15 Sergio Ramos, 18 Alvaro Arbeloa, 20 Juanito
Gelandang: 6 Andrés Iniesta, 8 Xavi Hernandez, 10 Cesc Fàbregas, 12 Santi Cazorla, 14 Xabi Alonso, 19 Marcos Senna, 22 Ruben de la Red
Penyerang: 7 David Villa, 9 Fernando Torres, 16 Sergio Garcia, 17 Daniel Guiza, 21 David Silva

PREDIKSI
Juara grup, tapi kalah di final melawan Jerman

PIALA EROPA
Tampil: 8 kali
Prestasi: Juara 1964, runner-up 1984

PIALA DUNIA
Tampil: 12 kali
Prestasi: Peringkat keempat (1950)

PERINGKAT FIFA
Sekarang: 4
Tertinggi: 2 (Desember 1994)
Terendah: 25 (Maret 1998)
***-/**

Pijat ala Pascasarjana

Salah pijat bisa berakibat fatal. Program Pascasarjana Ilmu Faal dan Kedokteran Olahraga Universitas Padjadjaran memberikan pelatihan pijat yang benar.
------

Agustina sudah merasakan nyeri di bagian sendi dan pinggangnya selama sepuluh tahun belakangan ini. Perempuan 37 tahun tersebut tak tahan bila harus berdiri lama-lama. Akibatnya, panggul bagian kirinya sakit. Betis dan lututnya pun bengkak dan biru. Dia dulu memang pernah terpeleset di tangga kantor hingga jatuh terduduk setelah tubuhnya kehilangan keseimbangan menapaki beberapa anak tangga. Agustina pun sudah sering memeriksakan diri, tapi dokter tak menemukan kelainan. Sempat pula dia dipijat ke tukang urut, hasilnya malah membuat badannya tambah mudah lelah dan tak bisa berjalan terlalu jauh.

Keluhan Hendarto lain lagi. Pria 42 tahun itu semula merasa kepalanya agak pening. Lalu arek Suroboyo itu minta tukang pijat langganannya mengurut bagian tengkuknya. Alih-alih sembuh, sakit kepala tambah berat. Esoknya bibirnya malah mencong setengah sentimeter dari bentuk semula. Dokter mendiagnosisnya terkena serangan stroke.

Pijat memang tidak bisa sembarang. Bila salah, akibatnya bisa seperti Agustina dan Hendarto. Untunglah, keduanya termasuk yang tertarik pada undangan program Pascasarjana Kedokteran Universitas Padjadjaran, Bandung, Jurusan Ilmu Faal dan Kedokteran Olahraga. Pertengahan Mei lalu, untuk kedua kalinya jurusan ini membuka pelatihan pijat untuk umum di Balai Kesehatan Umum Sport Medicine Fakultas Kedokteran selama tiga hari berturut-turut. Agustina dan Hendarto menjadi dua contoh kasus salah pijat.

“Pelatihan pijat ini sebenarnya kami gelar untuk mendapat tenaga pemijat menghadapi Pekan Olahraga Nasional di Kalimantan Timur, Juli mendatang,” Kepala Bagian Ilmu Faal Fakultas Kedokteran Universitas Padjadjaran, Bandung, Profesor Doktor Ambrosius Purba, menjelaskan. Terapi pijat yang diberikan pada pelatihan itu mulai masase olahraga, relaksasi, penyembuhan, pijat bayi, hingga pijat untuk ibu hamil. Itu masih ditambah dasar pemahaman anatomi, fisiologi olahraga, etika dan kebersihan masase, cedera olahraga, serta teori dasar pijat kesehatan. “Kami akan terus melangsungkan pelatihan bagi masyarakat umum tentang cara memijat yang benar dan bermanfaat,” ujar Purba.

Purba ingin menunjukkan bahwa pijat harus sesuai dengan ilmu medis. Orang yang mudah terkena cedera otot, seperti atlet, tidak bisa sembarang dipijat. Di Jurusan Ilmu Faal dan Kedokteran Olahraga Pascasarjana Kedokteran Universitas Padjadjaran, ilmu pijat itu termasuk mata kuliah penting. Lulusannya tentu bisa menguasai ilmu pemijatan dan bisa menyembuhkan orang dengan masase.

Hasilnya bisa dilihat pada Agustina. Dia diminta berbaring. Bagian lutut dan betisnya yang pernah bengkak diurut. Lalu kakinya ditarik, kemudian direnggangkan. Adapun untuk bagian pinggang, pasien harus tidur menelungkup. Pinggang diurut dan kedua kakinya ditarik. “Terapinya tak lama, cuma semenit, tapi sakit selama 10 tahun langsung hilang. Benar-benar cespleng,” kata Agustina. Ya, maklum pemijatnya sudah tingkat pascasarjana.

Lalu bagaimana dengan Hendarto. Menurut Purba, salah pijat memang bisa berakibat stroke. “Pembuluh darah tersumbat gara-gara salah pijat. Ini akibat yang paling parah,” ujarnya. Dan yang menimpa Hendarto bisa dikatakan satu dari 1.000 kasus yang ada.

Nah, untuk perawatan stroke, terapi pijat dilakukan di seluruh badan. Tujuannya agar jika terjadi penyumbatan pada pembuluh darah dapat terdeteksi dan peredaran darah bisa kembali lancar. Dengan demikian, organ-organ tubuh dan jaringan saraf pun mendapat suplai makanan dan energi untuk membangun kembali fungsi saraf yang pasif akibat serangan stroke. “Yang terpenting, pelaku terapi adalah orang yang mengerti benar,” kata Purba.

Asal pijat, menurut Purba, juga bisa merusak sistem metabolisme tubuh. Bisa dibayangkan, betapa gawat akibatnya. Bila metabolisme terganggu, mulai proses pencernaan makanan sudah tidak benar. Dampaknya beruntun. Bagian-bagian tubuh tidak menerima suplai oksigen dan energi, yang bila tidak segera diperbaiki akan mengakibatkan kerusakan organ atau jaringan tertentu.

Yang paling banyak terjadi adalah kerusakan otot dan terpuntir akibat salah pijat. Untuk itu, perlu disimak prinsip yang benar, yaitu memijat ke arah jantung. Sebab, dalam pembuluh darah manusia terdapat klep-klep yang mengarah ke jantung. Jika dilakukan terbalik, bisa berakibat klep tidak mengarah ke jantung. Aliran darah bukan hanya tak lancar, bahkan bisa tersumbat.

Untuk itulah, pemijat juga wajib mengenal ilmu anatomi tubuh, seperti letak, bentuk, dan susunan tubuh manusia serta hubungan antarbagian yang ada di dalamnya. Fisiologi, ilmu yang mempelajari fungsi atau kerja tubuh manusia dalam keadaan normal, juga harus dimengerti. “Ini syarat pemijat melakukan terapi,” ujar Purba.

Teknik memijat yang benar, menurut dia, mirip prinsip olahraga, yaitu dari pemanasan hingga pendinginan. “Dalam massage dikenal effleurage, yaitu teknik menggosok atau pemanasan sebelum memijat. Setelah selesai juga harus dilakukan pendinginan,” kata Purba menjelaskan.

Sementara itu, bagi olahragawan, masase sebenarnya amat diperlukan untuk mengembalikan kebugaran dan melawan kelelahan. Sebab, olahraga merupakan usaha fisik yang besar, bahkan kadang berlebihan. Tubuh pun mengalami defisit oksigen dan kelebihan asam laktat. Dengan demikian, beberapa bagian badan terasa pegal, linu, hingga sakit.

Jenis terapi masase bagi olahragawan pun berbeda bergantung pada jenis bidangnya. Menurut guru besar fisiologi manusia dari Universitas Advent Indonesia, Bandung, Albert Hutapea, untuk cabang senam non-body contact, hanya butuh 10 menit. Adapun bagi atlet angkat besi, perlu pemijatan khusus pada punggung serta otot besar tangan dan kaki yang lebih lama.

Adapun menurut pakar kedokteran olahraga Fakultas Kedokteran Universitas Padjadjaran, Neng Tike Kartinah, pijat kesehatan terbagi atas dua bagian besar. “Bagi orang sakit atau cedera, pijat bisa untuk penyembuhan, sedangkan untuk yang sehat, pijat berguna untuk kebugaran,” kata dokter lulusan pascasarjana yang kini sedang mendalami terapi pijat air (hydromassage) itu.

Bagi rehabilitasi medis seseorang, fungsi pijatan untuk memecahkan asam laktat yang tertimbun akibat sisa pembakaran dalam tubuh. Menurut Prabowo, dokter spesialis rehabilitasi medis dari Rumah Sakit Hasan Sadikin, Bandung, masase yang benar akan membuat asam laktat hancur sehingga peredaran darah lancar. “Ini merangsang pembentukan hormon endorfin, yang membuat tubuh menjadi bugar dan daya tahan tubuh meningkat,“ kata Prabowo. “Idealnya, pemijatan yang benar tak akan menimbulkan rasa sakit.”

Tidak mengherankan bila penggemar pijat menganggap pijat sebagai “candu”. Sebab, setelah dipijat, tubuh terasa nyaman. Ini pas benar dengan asal kata “pijat”. Menurut Albert, pijat berasal dari bahasa Arab, mash, atau massien dari bahasa Yunani, artinya menekan dengan lembut. Teknik ini dulunya berasal dari cara manusia memanipulasi rasa sakit dalam tubuhnya dengan mengelus-elus bagian yang sakit.

Ahmad Taufik, Widiarsi A. (Bandung)

Dua Kali Sehari, Sepanjang Hayat

Baru setengah pengidap HIV yang mendapatkan pengobatan. Itulah yang terungkap dalam pertemuan delapan negara berpenduduk mayoritas muslim tentang penggunaan obat HIV/AIDS, antiretroviral, di Bogor dua pekan lalu. Padahal antiretroviral merupakan satu-satunya cara pengidap HIV positif untuk bertahan hidup.

-------

Tepat pukul sembilan pagi alarm telepon seluler berbunyi nyaring persis suara jam weker. Shanti Sardi buru-buru merogoh tas tangan. Perempuan 28 tahun itu mengambil kotak plastik kecil merah muda seukuran telapak tangan. Dari dalam kotak, perempuan kelahiran Riau itu mengambil tablet lonjong berwarna putih. Sesaat kemudian, lep…, butiran itu masuk mulut.

Alarm dari telepon selulernya kembali mengingatkannya untuk menelan pil kecil tersebut 12 jam kemudian. Demikian dia ulangi terus, sepanjang hari, seumur hidup. Ketepatan minum obat itu harus akurat persis timbangan emas. Sebab, pil yang bernama antiretroviral atau ARV itu hanya bisa berfungsi baik bila diminum reguler dan tepat waktu. Bila lupa atau bolong-bolong, bisa fatal akibatnya bagi penderita. “Pil ini seperti penyambung nyawa kami,” kata Shanti kepada Tempo, Rabu pekan lalu.

Shanti adalah salah satu pengidap human immunodeficiency virus (HIV) positif yang memberikan testimoni dalam seminar tentang pemberdayaan orang yang hidup dengan HIV dua pekan lalu. Pesertanya perwakilan dari delapan negara berpenduduk mayoritas muslim, yakni Indonesia, Malaysia, Bangladesh, Pakistan, Turki, Iran, Nigeria, dan Mesir. Kesamaan negara-negara tersebut adalah masih kecilnya penggunaan antiretroviral bagi pengidap HIV.

Shanti pun menceritakan kisah hidupnya dengan terbuka. Dia tertular virus itu dari suaminya. Tiga tahun silam, suami Shanti terserang panas tinggi, lalu tak sadarkan diri. Sang suami pun dirawat di rumah sakit di Kepulauan Riau. Dokter di sana mendeteksi suaminya terkena toksoplasma, penyakit yang diakibatkan parasit Toxoplasma gondii. Parasit ini dapat ditularkan oleh semua jenis satwa, seperti kucing, burung, ikan, kelinci, anjing, babi, dan kambing. Selain itu, parasit ini terdapat pada daging dan telur setengah matang serta buah atau sayuran yang tercemar tinja hewan. “Dokter saraf bilang dia mungkin sudah mengidap HIV,” kata Shanti.

Perkiraan dokter ternyata benar. Suami Shanti tertular virus “pembantai” imunitas tubuh tersebut. Dokter pun meminta Shanti, yang saat itu tengah mengandung anak kedua, agar diperiksa. Benar. Shanti pun sudah tertular virus itu. “Rasanya mau kiamat, putus asa, karena yang saya tahu penyakit itu mematikan dan tak ada obatnya,” katanya berkisah.

Beruntung, Shanti bertemu dengan Koordinator Layanan HIV/AIDS Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia di Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo, Jakarta, Profesor Samsuridjal Djauzi. Setelah diperiksa, Shanti, yang saat itu hamil empat bulan, masuk tahap konseling program pencegahan untuk ibu hamil, yang disebut prevention of mother-to-child HIV transmission. Sejak masuk program tersebut, Shanti memperoleh terapi antiretroviral. Ia pun meminum obat itu dua kali, pagi dan malam.

Semula, bayinya diperkirakan lahir pada September dengan cara operasi caesar. Tapi, karena ia minum obat tersebut, sang bayi lahir prematur akhir Juni secara normal. Pekan ini, bayi perempuan yang lahir sehat itu--tak terinfeksi HIV--berusia tiga tahun. Shanti pun makin bersemangat menjaga kesehatan. “Sampai kini, sudah tiga tahun lebih saya hidup normal,” katanya.

Itu berbeda dengan suaminya. Sejak mereka bercerai, sang suami tak minum obat teratur, hingga meninggal setahun lalu, akibat toksoplasma yang makin ganas. “Dulu saya yang mengingatkan dan minum obat sama-sama. Sejak berpisah, ia ceroboh, bolong-bolong minum obatnya,” katanya. Padahal ia sudah sempat sehat dan kembali bekerja.

Kesetiaan pengidap HIV pada antiretroviral memang harus sangat tinggi. “Tak boleh putus di tengah jalan,” kata ahli HIV/AIDS, Profesor Zubairi Zoerban. Antiretroviral itu berguna menghambat perkembangbiakan sekaligus menurunkan jumlah virus, sehingga kekebalan tubuh pun meningkat. “Antiretroviral amat bermanfaat menekan angka kesakitan dan kematian akibat HIV/AIDS,” kata Zubairi.

Infeksi oportunistik seperti toksoplasma, tuberkulosis, hepatitis C, dan herpes bisa dicegah. Maklum, pengidap HIV tidak punya daya tahan sama sekali bila diserang infeksi, sekecil apa pun. Menurut Wakil Ketua Yayasan Pelita Ilmu, Hussein al-Habsyi, antiretroviral mengubah HIV dari mematikan menjadi bisa dikendalikan.

Antiretroviral sendiri ditemukan di Brasil pada 1993. Sebelum penemuan itu, hanya 25 persen orang yang terinfeksi HIV mampu bertahan hingga lima tahun setelah dinyatakan positif mengidap HIV. Namun, sejak antiretroviral digunakan pada 1993-1994, tercatat 47 persen penderita bisa hidup normal lebih panjang.

Di Indonesia, antiretroviral paten impor mulai masuk pada 1996. Obat tersebut dijual Rp 8,5 juta untuk kebutuhan sebulan. Lima tahun kemudian, masuk antiretroviral impor generik dari India dengan harga Rp 850 ribu. Sejak 2003, yang generik mulai diproduksi PT Kimia Farma. Harganya Rp 380 ribu untuk kebutuhan sebulan. Setahun kemudian, pemerintah mulai memberikan subsidi untuk pembelian antiretroviral. Bahkan, menurut Zubairi, pemerintah juga memberikannya gratis kepada pengidap HIV melalui 257 rumah sakit dan pusat kesehatan masyarakat rujukan di seluruh Indonesia.

Menurut data terakhir Departemen Kesehatan, lebih dari 200 ribu orang Indonesia rawan tertular HIV. Yang dimaksud kelompok rawan antara lain orang yang menggunakan narkotik melalui alat suntik atau berhubungan seks secara tidak aman. Sedangkan yang terinfeksi HIV/AIDS berjumlah sekitar 20 ribu orang. Tapi hanya separuhnya yang sudah mendapat antiretroviral.

Kecilnya penggunaan antiretroviral juga tampak pada negara-negara peserta seminar. Menurut laporan Badan Kesehatan Dunia (WHO), hanya tiga juta pengidap HIV di delapan negara itu yang memperoleh antiretroviral. Sedangkan sekitar 6,7 juta orang penderita lainnya belum terjangkau obat itu. Padahal di negara-negara Eropa Barat sudah sekitar 90 persen pengidap HIV mendapat pengobatan antiretroviral. Untuk itulah lembaga seperti Yayasan Pelita Ilmu, selain bergerak di bidang pendampingan untuk penderita HIV/AIDS, juga memperjuangkan perluasan penggunaan antiretroviral.

Shanti, yang juga aktif di Yayasan Pelita Ilmu sebagai Koordinator Ikatan Perempuan Positif (HIV/AIDS) Indonesia, tak lelah berbagi pengalaman soal antiretroviral. “Saya berharap bisa mendorong mereka tetap bersemangat dan hidup optimistis,” katanya. Bahkan ibu dari dua anak itu telah menikah lagi dengan laki-laki penderita HIV/AIDS. Yang penting, kata dia, keduanya tak putus menggunakan antiretroviral dan menerapkan pola hidup sehat dengan makan makanan bergizi.

Ahmad Taufik


INFOGRAFIS

Manfaat ARV
- Mengurangi angka kesakitan dan kematian
- Menurunkan jumlah virus
- Meningkatkan kekebalan tubuh
- Mengurangi risiko penularan

Tip Tetap Sehat dengan HIV
- Semangat dan disiplin.
- Jika memungkinkan, ada PMO (pengawas minum obat).
- Antiretroviral diminum pada waktu yang sama setiap hari.
- Harus selalu tersedia antiretroviral di mana pun penderita berada.
- Bawa obat ke mana pun pergi.
- Pergunakan peralatan (jam, telepon seluler) yang bisa menjadi alarm (pengingat waktu) yang dapat diatur pada setiap waktu minum obat.
- Pengobatan lain yang tak kalah penting adalah pengobatan suportif, seperti pengaturan diet, istirahat, olahraga, pengobatan psikologis, serta pendekatan keagamaan/spiritual. Kondisi psikologis yang terjaga baik akan membentuk sikap positif dan selalu berjiwa optimistis.

(dimuat majalah Tempo, edisi 23-29 Juni 2008)