Rabu, April 09, 2008

Cantik dan Sehat dengan Hipnosis

SENYUMLAH ketika bangun tidur, dan sepanjang hari wajah Anda niscaya memancarkan keriaan, walaupun menghadapi masalah sulit. Sebaliknya, jika memulai hari dengan rasa kesal, walaupun sepanjang hari berusaha tersenyum, warna redup akan membayangi rupa Anda.

Itulah pesan guru hipnoterapi Shinta Maharani di depan kelas pelatihan hypnobeauty. “Kecantikan akan datang dari dalam diri Anda sendiri, kosmetik atau obat-obatan hanyalah pelengkap,” kata alumni Teknik Informasi dan Master Perbankan Universitas Gunadarma Jakarta ini.

“Terapi hipnosis untuk kecantikan dari dalam diri adalah dengan membangkitkan perasaan positif,” tuturnya. Shinta sendiri memang tampak charming dan ramping.
Terapi dengan metode hipnosis memang sedang menjadi tren. Menurut ahli hipnoterapi Kirdi Putra, cara ini bahkan bisa dimanfaatkan untuk mengobati beberapa penyakit seperti trauma terhadap sesuatu, migrain, alergi, jantung, tekanan darah tinggi, kanker stadium awal, sampai HIV-AIDS. “Untuk HIV-AIDS, dapat memperlambat penyebarannya,” ujarnya.

“Kuncinya, pola kata-kata bisa meluruskan pola pikiran dan perasaan seseorang yang berhubungan langsung dengan mental maupun fisik,” kata Kirdi, Direktur Hypnosis Training Institute of Indonesia. Menyeimbangkan kedua pola itulah yang digunakan untuk terapi penyakit mental dan klinis.

Sedangkan penyakit terjadi karena ketidakseimbangan pikiran, hati, dan fisik. Terciptalah kesenjangan yang berupa stres. Akibatnya, tubuh bingung, karena pola zat kimia di otak (neurotransmitter) yaitu dopamin, serotonin, oksitosin--yang berfungsi menjaga keseimbangan raga dan jiwa--tak sesuai dengan kebutuhan. Karena tak seimbang, zat kimia tersebut mengalir ke seluruh tubuh menuju organ tubuh yang lemah. “Jika lemah di lambung, yang bereaksi lambung. Jika jantung, organ itu akan berdetak lebih cepat, kalau usus, perut akan terasa melilit,” ujar Kirdi.

Nah, seberapa ampuh hipnosis memang masih bisa diperdebatkan. Namun cara ini sejak awal sudah dikaji intens oleh kedokteran modern Barat. Awalnya, ahli jiwa dari Austria, Franz Anton Mesmer, belajar pengobatan dari Mesir dengan cara menidurkan pasien dengan hipnotis. Sejak 1950, seorang ahli jiwa AS, Milton Erickson, memperkenalkan cara hipnosis melek.

Kini di AS, terapi hipnosis sudah digunakan untuk pengobatan kanker stadium awal, sebagai pendamping terapi medis. Mental penderita diperkuat. Pasalnya, seseorang yang divonis menderita kanker pasti mentalnya jatuh. Akibatnya, pengobatan medis, seperti kemoterapi, tak akan berjalan efektif.

Telah terbukti bahwa keberhasilan kemoterapi bergantung pada semangat hidup dan daya juang si penderita. Bila semangat hidupnya besar, sistem imunnya juga menguat. Regenerasi sel-sel tubuh juga lebih cepat. “Di sini hipnoterapi menjadi penting, membuat orang lebih happy, bersemangat lagi, sehingga bisa membantu menaklukkan sel-sel kanker,” kata Kirdi.

Jika kanker sudah pada tingkat stadium lanjut, hipnoterapi masih bisa berguna, yaitu untuk meredakan rasa sakit. Agar sampai akhir hayatnya, tak merasakan sakit yang sangat. Jadi, bila ingin cantik dan sehat, kembalilah pada diri sendiri dan tetap berpikir positif.

Ahmad Taufik dimuat Majalah TEMPO edisi 24-30 Maret 2008

Cara Pengobatan Kanker

Kanker bisa diobati melalui cara kedokteran konvensional atau obat-obatan tradisional. Beberapa cara medis yang sudah dipraktekkan hingga kini:

- Pembedahan: tumor diambil melalui operasi.
- Kemoterapi: menghancurkan sel dengan obat yang dimasukkan melalui infus atau obat berupa tablet. Kemoterapi berefek pada organ tubuh lain.
- Radioterapi: menghancurkan sel tumor dengan penyinaran.
- Terapi biologik: mengubah instruksi gen, sehingga sel-sel tumor tidak berkembang makin parah dan mungkin bisa mati dengan sendirinya.
- Terapi gen: mengganti komponen gen, dengan cara mengubah instruksi, sehingga sel-sel tumor tidak berkembang menjadi sel kanker yang ganas.

Sedangkan obat tradisional yang sudah luas diakui antara lain:

- Benalu teh: mampu menghambat perkembangan enzim isomerase yang dihasilkan sel kanker.
- Kunyit putih: menghasilkan zat yang meningkatkan daya tahan tubuh sehingga jumlah limfosit pun meningkat. Limfosit adalah antibodi yang mampu membunuh sel kanker.
- Maitake (sejenis jamur): mengandung polisakarida B1-6, zat yang mampu meningkatkan efektivitas kerja sel glukans dalam sistem pertahanan tubuh. Bila sel glukans dapat berfungsi dengan baik, itu akan meningkatkan kemanjuran kemoterapi dan terapi radiasi dalam menghancurkan sel kanker.
- Daun meniran: seperti kunyit putih, mampu meningkatkan jumlah limfosit. Daun ini juga mengandung racun yang dapat membunuh sel kanker.
- Daun tangguh: menghasilkan interferon, antibodi alami yang dapat membunuh virus dan sel kanker.
- Daun tapak dara: mengandung alkaloid vinka, zat yang mampu mengurangi keganasan sel kanker, sekaligus menghambat penyebaran dan pembiakan sel kanker.
- Dan masih ada beberapa jenis tumbuhan yang dikenal mampu melawan sel kanker, seperti keladi tikus dan mahkota dewa.

Cara Kerja Terapi Nano

Cara 1:
- Partikel nano dilapisi emas, ditempelkan pada sel-sel kanker yang akan diobati (misalnya kanker rahim atau paru).
- Partikel nano dipanaskan dengan sinar inframerah.
- Gelombang sinar inframerah itu akan langsung hanya terarah pada sel-sel kanker yang sudah ditandai dengan partikel nano. Sel-sel lain yang sehat tidak ikut dihantam sinar inframerah.


Cara 2:

- Molekul silikon dengan ukuran satu persejuta meter diberi kandungan sinar radiatif dan zat fosfor.
- Lalu molekul superkecil itu disuntikkan pada sel-sel kanker menggunakan jarum.
- Karena sumber radiasinya sangat kecil, sinar yang dihasilkannya pun hanya terarah tepat pada sel-sel kanker yang akan dihancurkan.

Tepat Sasaran dengan Nano

Teknologi nano mampu menghancurkan sel-sel kanker dengan sangat akurat. Ini harapan baru bagi penderita kanker.

-------

Cindy--bukan nama sebenarnya--akhirnya menyerah. Perempuan 43 tahun penderita kanker payudara stadium III-B ini terpaksa merelakan satu payudaranya diangkat. Ia khawatir, bila sudah masuk stadium IV, dia akan memasuki tahap metastasis: sel-sel kanker menyebar ke organ tubuh lainnya. Perempuan bertubuh tambun ini mengaku sudah tak tahan lagi dengan cara kemoterapi--menginfuskan obat penghancur sel kanker ke tubuhnya. “Bagian organ lain terganggu, sakit rasanya,” ujarnya.

Akhirnya, dia sepakat dengan cara lama, yakni pembedahan untuk mengambil tumor ganas yang sudah menjadi kanker di payudara. Pilihan ini sama tidak mengenakkannya dengan kemoterapi. Bila dibedah, dia kehilangan satu payudara. Kalau dia terus menjalani kemo, siksaan sakit alang-kepalang akan terus berulang. Belum lagi muntah-muntah dan rambut rontok.

Dokter spesialis kanker dari Hematologi dan Onkologi Medik Penyakit Dalam Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo, Jakarta, Aru Wisaksono Sudoyo, mengakui kemoterapi ataupun radioterapi (penyinaran) mengakibatkan organ tubuh lain yang tidak mengandung kanker turut menanggung akibat. “Setiap hari kami menemukan efek samping yang menimpa pasien,” katanya.

Karena berbagai efek samping yang semuanya tidak mengenakkan itulah, selain dengan obat khusus kanker, dokter memberikan pengobatan dukungan. Yang diberikan bisa obat antimual, vitamin, dan nutrisi lain yang dapat menunjang daya tahan pasien. “Memberikan obat antikanker tanpa obat suportif yang baik hanya akan memberikan hasil tak maksimal,” ujar dokter Aru.

Namun Cindy mungkin tak akan kehilangan payudara bila cara pengobatan terbaru kanker dengan teknologi nano sudah diterapkan. “Teknologi nano ini memungkinkan pengobatan kanker tepat sasaran,” kata dokter Aru lagi.

Menurut dokter yang sedang mempelajari terapi nano--topik yang ramai diperbincangkan di negara maju--itu, pengobatan ini menjadi harapan baru bagi penderita kanker. “Karena cara ini lebih aman,” kata dokter kelahiran Washington, DC, 57 tahun lalu itu.

Cara penanganan sebelumnya dengan pembedahan, kemoterapi, radioterapi, serta terapi biologi dan gen akan kalah akurat dengan terapi nano. Teknologi ini hanya akan berfokus pada penghancuran sel kanker, meski sel ganas tersebut berdekatan dengan organ tubuh penting, seperti jantung. Terapi ini juga meminimalisasi efek samping, sehingga cocok diterapkan bagi pasien yang tidak tahan menerima efek samping.

Seperti apa sih terapi dengan teknologi nano itu?

Teknologi ini sebenarnya berbasis pada partikel nano, yang merupakan hasil dari rekayasa fisika dan biomedis. Kandungan utama partikel ini adalah perfluorocarbon, zat aman yang biasa digunakan dalam darah buatan. Ukuran partikel ini 500 kali lebih kecil ketimbang lebar sehelai rambut manusia. Partikel nano ini kurang-lebih seukuran dengan DNA, protein, dan virus.

Nah, butir seukuran debu supermini inilah yang mampu mengangkut obat-obatan kanker, tepat ke sasaran, tidak sedikit pun meleset. Caranya bisa dengan ditembakkan bersama sinar inframerah atau disuntikkan (lihat “Cara Kerja Terapi Nano”). Di Indonesia, pengobatan berbasis teknologi ini dikembangkan oleh Institute of Human Virology and Cancer Biology Universitas Indonesia.

Menurut Steve J. Yang dari Massachusetts Institute of Technology, Amerika Serikat, yang membawa teknologi nano untuk pengobatan ke Indonesia, cara ini juga dapat digunakan untuk pencegahan. Sebab, teknologi nano punya kemampuan mendeteksi tanda-tanda akan munculnya tumor sepuluh kali lebih cepat dan seratus kali lebih akurat. Sehingga, di masa mendatang, kesakitan akibat kemoterapi atau kehilangan payudara seperti yang dialami Cindy mungkin tidak harus terjadi.

Tapi semua orang masih harus bersabar, karena terapi dengan teknologi nano ini masih dalam tahap uji klinis untuk manusia. Jadi, sebelum terapi yang dahsyat ini diterapkan untuk kalangan lebih luas, lebih baik memusatkan diri untuk mencegah kehadiran sel-sel kanker di dalam tubuh dengan cara alamiah. Caranya? Ya, terapkanlah pola hidup sehat, dengan mengkonsumsi makanan sehat, tidak merokok, dan berolahraga teratur.

Ahmad Taufik dari TEMPO 7-13 April 2008