Sabtu, April 26, 2008

Jakarta, 14 dan 15 Mei

Kamis, 14 Mei 1998

19.00, Jakarta lumpuh total, tak ada kendaraan umum yang mau jalan, kecuali beberapa pengojek menawarkan harga yang tinggi untuk tempat yang tidak terlalu jauh. Tanah Abang ke Bendungan Hilir yang biasanya hanya Rp 500 dengan Bemo, ditawarkan Rp 5.000 oleh pengojek. Slipi ke Pondok Gede ditawarkan harga Rp 40.000. ‘’Ya, kalau mau segitu, kalau tidak ya sudah, inipun jalannya harus hati-hati, cari tempat aman ayng bisa dilewati. salah-salah motor kita bisa dibakar massa,’’kata seorang tukang ojek yang berada di Slipi.

Beberapa orang yang membawa barang jarahan berupa organ dan sound sistem terlihat bingung. Ada taksi yang nongkrong tidak mau membawa barang-barang itu, tukang ojek juga tidak mengangkut. Akhirnya mereka harus bawa-bawa barang itu berjalan kaki. ‘’Wah, saya harus ke Warung Buncit, bingung, nih,’’kata sang penjarah.

Akhirnya Aku jalan kaki dari Slipi melewati Gatot Subroto, dengan harapan di Jalan Sudirman akan ada kendaraan yang menuju ke Jalan Diponegoro atau kemanan saja yang ke arah dekat kantor. Tetapi ternyata juga tidak ada, di dekat Karet, berteman dengan seorang warga Matraman, Marjuki, pegawai Ratax yang sudah jalan kaki dari Ciledug, selama 2 jam lebih, dan baru sampai ke rumah setelah berjalan kaki 3,5 jam. Ampun.

Jum’at 15, Mei 1998,

01.00 dini hari Jalan dari Jakarta menuju Kalimalang, Bekasi mencekam. Hanya satu dua kendaraan yang lalu lalang. Dimana-mana bau bekas kebakaran, asap masih mengepul dari bangkai-bangkai bus, kendaraan pengaspal jalan, dan mobil-mobil di sepanjang jalan Pramuka,. Masuk jalan tol, tak dijaga, beberapa bangkai mobil juga tampak di jalan tol dalam kota, yang biasanya harus bayar Rp 3.000. Masuk Tol Cikampek, beberapa mobil ada yang jalan, tapi, puluhan truk dan mobil sedan banyak juga yang berhenti di dekat pintu tol. Mereka tak berani melanjutkan perjalanan, apalagi menuju rumah-rumah mereka yang biasanya berada di sekitar jalan tol. Tak tahu lagi dimana tempat yang aman. Karena pihak keamanan ternyata tak mampu berbuat apa-apa.

Keluar dari tol masuk jalan Caman, tak ada lagi kendaraan yang lewat, yang ada hanya bekas-bekas mobil, asap masih mengepul dan bara yang kelihatan merah. Massa terlihat dalam gelap mengangkuti kasur, kursi, meja, kacamika, dan entah apa lagi.

01.30. Api masih membara di gedung BCA, kantor Starko, Apotik Masnaga, dan tokok-toko di sepanjang jalan mulut menuju perumahan Taman Galaxi Indah, Bekasi Selatan. Suara lemparan batu, dan suara pecahan kaca PRANG! masih terdengar terus. Massa juga tampak masuk ke toko-tokok yang rusak, dan masih tetap menjarah ditengah bara api. GILA. Tak ada ojek untuk mengangkut, lampu mati, jalananan gelap menyeramkan. Di gerbang perumahan Taman Galaxi, 2 truk tentara PHH dan Kodim 501 BS Jakarta Timur, tampak berjaga-jaga. Ada juga yang tidur-tiduran dijalan melepas lelah. Sementara warga berjaga-jaga di gerbang itu dengan senjata yang dimiliki. Isu yang tersebar penjarah akan menyerbu perumahan. Di setiap mulut jalan di kompleks Galaxi, penduduk berjaga-jaga dengan senjata tajam, pipa besi, kayu, wajah mereka tegang. Semua lelaki warga kompleks itu harus mampu bertahan untuk tidak memejamkan mata. Begadang. ‘’Kami khawatir ada yang menyerbu ke sini, kami akan bertahan sampai titik darah penghabisan,’’kata Ilyas, warga Galaxi, wajahnya tegang.

Pukul 10.00 di sepanjang kali malang tampak bangunan-bangunan yang hancur terbakar, dan bangkai-bangkai mobil berserakan di tengan jalan. Di beberapa tempat massa penjarah masih mencari sisa-sisa yang bisa dijarah. Di sepanjang jalan, di jalan aspal juga ditulisi dengan cat semprot macam-macam kata bernada kecaman antara lain “ Harmoko = Aidit ; Suharto PKI, Pemerintah Tai, Barisan Anti Cina, Gantung Suharto, dll.’’

Di salah satu bangunan yang hancur total dan rubuh bekas jarahan, tertulis di sebuah triplek, ‘’Suharto, Harus Bertanggung Jawab.’’

di Toserba Tomang Tol, Jalan Kalimalang, sekitar 20 warga tampak sedang menggotong mainan anak-anak yang biasanya dimasukkan koin, dibawa kekampungnya beramai-ramai. Entah Untuk apa.

Pom-pom bensin sepanjang Kalimalang tampak tutup, tiap tempat ditulisi, Pribumi, Muslim, Milik Haji Uci, H.Yasin dan haji-haji sebagainya, biar aman.

12.00 Di dekat stasiun kereta Jatinegara, massa masih tampak menjarah toko-tokok elektronik disekitar itu. Tentara yang berada di kantor Kodim Jakarta Timur, hanya berjaga-jaga di depan kantor itu membentuk barisan barikade, dan tak memperdulikan warga yang menjarah. Aneh.

Di jalan tol yang sudah tak dijaga, beberapa anak muda menjaga tol, tiap mobil yang lewat dkutip Rp200 sampai Rp 500.

Tidak ada komentar: