Rabu, September 05, 2007

Portugal :Tujuh Tujuan Bisnis Dunia

Tujuh keajaiban baru di dunia baru saja diumumkan pekan lalu. Terjadi perubahan. Kepentingan bisnis diduga di balik itu.

Kota kuno itu berwarna merah muda bila terkena sinar matahari. Ya, Petra, kota peninggalan Romawi itu, memang luar biasa. Jordan Times mencatat, dua bulan menjelang berakhirnya tahun 2006, 56 ribu orang mengunjunginya, atau 25 persen lebih sedikit dibanding tahun sebelumnya.

Tapi segalanya berubah setelah Yayasan New7Wonders pimpinan Bernard Weber mengumumkan Petra sebagai salah satu tujuh keajaiban dunia, Senin pekan lalu. “Kami sangat bangga dan mendukung penuh pilihan Petra sebagai peninggalan yang mengagumkan di Timur Tengah,” ujar juru bicara yayasan terkait perusahaan Nissan Timur Tengah itu, Saleh Jafar.

Ratu Rania Abdullah dari Yordania sangat senang dengan hasil pengumuman itu. Saat pemilihan dia termasuk yang aktif menganjurkan agar rakyat Yordania memilih Petra sebagai salah satu keajaiban dunia. Dari 11 juta suara yang diperoleh Petra, tujuh juta pemilih berasal dari Yordania. Ada 100 juta orang di dunia yang mengakses situs ini.

Menurut sejarah, dari Petra inilah orang Arab Mekkah mengenal berhala-berhala, putri-putri tuhan Lata, Uzza, dan Manat. Sekitar enam jam perjalanan dari ibu kota Yordania, Amman, Petra terletak tak jauh dari Wadi (danau) Musa.

Selain Petra, mereka juga memilih Tembok Raksasa di Cina, Patung Yesus di Brasil, Machu Pichu di Peru, Chichen Itza di Meksiko, Koloseum di Roma, dan Taj Mahal di India. Sebenarnya ide menyusun ulang tujuh keajaiban dunia muncul dari Weber, petualang asal Swiss pada 1999. Lebih dari 200 nama tempat muncul dari usulan para juri yang terdiri atas arsitek terkemuka, termasuk bekas pimpinan UNESCO, Federico Mayor. Jumlah tersebut diciutkan menjadi 77, lalu dipersempit lagi hingga 21 tempat lewat sebuah pemungutan suara global sepanjang 2006. Nah, “21 besar” inilah yang kemudian diadu lewat pemungutan suara final melalui telepon, pesan pendek (SMS), dan klik internet sejak Januari lalu.

Pilihan persis model American Idol atau Indonesia Idol yang sedang tren ini menyisihkan 14 kandidat, antara lain Masjid Hagia Sophia di Turki, Masjid Alhambra di Spanyol, Kuil Angkor Wat di Kamboja, Patung Liberty di AS, gedung opera Sydney di Australia, Kuil Kiyomizu di Jepang, Katedral Basil dan gedung Kremlin di Rusia, Kapel Neuschwanstein di Jerman, Timbuktu di Mali, serta Stonehenge di Inggris.
Sabtu, tanggal yang istimewa 07-07-07, digunakan untuk mengumumkan hasil pilihan itu, yang mirip penyerahan Piala Oscar, di Lisabon, Portugal. Tapi setelah pengumuman yang disiarkan dan ditonton 1,6 miliar orang di seluruh dunia itu, kritik bermunculan. Metodenya dianggap tidak valid, bahkan daftar nama yang disodorkan para juri dinilai tak lepas dari unsur subyektivitas. Padahal, UNESCO memiliki daftar 850 monumen yang disebut situs peninggalan dunia. Ternyata, lembaga dunia itu tak dilibatkan dalam proyek Weber itu. ''Tujuh Keajaiban Dunia yang baru itu hanyalah hasil dari sebuah inisiatif pribadi. Ini takkan memberi kontribusi signifikan terhadap pemeliharaan situs tersebut,'' demikian pernyataan resmi UNESCO.

Tujuh Keajaiban Dunia terhampar di wilayah Mediterania dan Timur Tengah, seperti manuskrip Tujuh Keajaiban Dunia yang pertama kali ditulis pada abad ke-2 sebelum Masehi oleh petualang Yunani kuno, Antipater dari Sidon. Meliputi Taman Gantung Babilonia, Patung Zeus di Olimpia, Kuil Artemis di Ephesus, Makam Halicarnassus, Colossus dari Rhodes, dan Rumah Cahaya Pharos di Alexandria.

Pemerintah Indonesia termasuk pihak yang keberatan pada hasil jajak pendapat tersebut. Departemen Kebudayaan dan Pariwisata dalam rapat dengar pendapat di Dewan Perwakilan Daerah (DPD) di Jakarta, dua hari setelah pengumuman, Senin pekan lalu, melalui Dirjen Sejarah dan Purbakala Departemen Kebudayaan dan Pariwisata, Hari Untoro Drajat, menyatakan, kriteria yang digunakan dalam penentuan daftar Tujuh Keajaiban Dunia yang baru itu tidak jelas. ''Hasil polling itu hanyalah persepsi internasional mengenai keajaiban dunia. Keajaiban dunia itu tidak sama dengan warisan dunia. Borobudur masih masuk dalam warisan penting di dunia,” katanya.
Meski begitu, menurut Hari, hasil dari jajak pendapat tersebut perlu menjadi pelajaran bagi pemerintah untuk mengembangkan strategi baru dalam politik kebudayaan dan bisnis. Dengan adanya strategi yang bagus, dia berharap kebudayaan yang ada di negeri ini tetap dapat terpelihara dan dikenal secara luas.

Menteri Kebudayaan dan Pariwisata Jero Wacik mengaku telah mendengar kabar dikeluarkannya Candi Borobudur dari salah satu keajaiban dunia sejak tahun lalu. Ia sempat minta klarifikasi kepada UNESCO. "Memang, pernah ada bekas pegawai UNESCO yang membuat angket tentang mana saja di dunia ini yang bisa menjadi keajaiban dunia. Hasilnya Borobudur bukan termasuk tujuh besar keajaiban dunia," katanya.

Namun, menurut Menteri Jero Wacik, cara penilaian terhadap peninggalan dunia yang menjadi keajaiban dunia seharusnya tidak dilakukan dengan cara seperti itu. "Di mata kami dan UNESCO, Borobudur tetap salah satu keajaiban dunia. Angket bisa berubah, mana yang populer dan tidak," ujarnya.

Karena itu, Indonesia tetap optimistis untuk mempromosikan Candi Borobudur dan candi-candi lainnya, seperti Prambanan dan Mendut. “Sebab candi-candi itu adalah milik bangsa yang harus dibanggakan, ”katanya.
Bukan hanya Indonesia yang tak mengakui jajak pendapat Weber, pejabat Mesir marah dan tersinggung ketika Piramida Giza, satu-satunya keajaiban dari Tujuh Keajaiban Dunia Kuno yang masih tersisa, dimasukkan sebagai salah satu dari 21 kontestan. Kemarahan Mesir ini akhirnya membuat New7Wonders sebagai organisasi penyelenggara kontes menarik Giza dari jajak pendapat dan mengangkatnya sebagai kandidat kehormatan.

Bukan cuma Mesir yang menolak kontes ini. Vatikan menuding penyelenggara kontes dengan sengaja mengabaikan monumen Kristen. Kepala Komisi Budaya dan Arkeologi Kepausan Vatikan Uskup Agung Mauro Piacenza menyatakan tidak diikutsertakannya karya fresco Michelangelo di Sistine Chapel, "Sangat mengejutkan. Tidak dapat dipahami dan mencurigakan."

Namun, semua kritik dan protes itu tak membuat Weber, mundur. Petualang Swiss itu mengaku sulit bagi semua orang memilih hanya tujuh monumen yang layak menjadi keajaiban dunia baru. "Semua proses dilakukan secara demokratis lewat pemungutan suara terbanyak," kata Weber. "Kecuali untuk memilih 21 finalis, yang dilakukan oleh dewan juri yang dipimpin bekas Direktur Jenderal UNESCO Frederico Mayor Zaragoza lewat kriteria keindahan, kompleksitas, nilai historis, hubungan kebudayaan, dan makna arsitekturalnya."

Tujuh Keajaiban Dunia ternyata tak hanya dikeluarkan Weber, banyak versi Tujuh Keajaiban Dunia lainnya. Surat kabar Amerika, USA Today, misalnya, pada November tahun lalu mengeluarkan daftar Tujuh Keajaiban Dunia. Ketujuh tempat itu adalah Potala Palace (Tibet), kota tua Yerusalem, kubah es (kutub), Monumen Nasional Kelautan Papahanaumokuakea (Hawaii), reruntuhan Mayan (Mesoamerica), Great Migration of Serengeti and Masai Mara (Tanzania dan Kenya), serta internet.

Munculnya daftar tujuh keajaiban dunia baru versi Weber diduga sarat dengan urusan bisnis. Negeri tempat terdapat situs yang disebut itu akan diserbu turis di seluruh dunia. Iklan kampanye, rute penerbangan, dan pendukung bisnis wisata lainnya akan meningkat drastis. Weber tak banyak berharap. Dia hanya mengharapkan situs Buddha yang dihancurkan Taliban di Bamiyan, Afganistan, dibangun kembali dan dilindungi.

Ahmad Taufik (AFP, The Herald, Antara dan Wikipedia)
sumber : Majalah Tempo, edisi 16 Juli 2007

Tidak ada komentar: